Kamis 05 Mar 2015 16:43 WIB

Tiga Fase Mendidik Anak Secara Islam di Barat

Populasi muslim Inggris terus mengalami peningkatan yang pesat. Diperkirakan pada 2030 mendatang, populasinya bisa mencapai 5,5 juta orang
Populasi muslim Inggris terus mengalami peningkatan yang pesat. Diperkirakan pada 2030 mendatang, populasinya bisa mencapai 5,5 juta orang

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengamat pendidikan anak dari Aberdeen Dr Syeikh Ahmed El Maghrebi mengatakan, ada tiga fase perkembangan anak yang perlu diperhatikan bagi orang tua yang ingin membesarkan anak di negara Barat seperti Inggris.

"Membesarkan anak secara Islami di negara Barat khususnya di Inggris tidaklah mudah, namun dengan dengan memahami tahapan pertumbuhan anak paling tidak orang tua dapat mengatasi berbagai kendala yang ada," ujar Maghrebi, Kamis (5/3).

Pengajar dan konsultan parenting dari Aberdeen itu menyebutkan ada tiga tahapan pertumbuhan anak yang perlu diketahui para orang tua. Ketiga tahapan tersebut adalah fase pertama ketika anak lahir hingga usia 7 tahun, fase usia 7-14 tahun dan fase 15 tahun ke atas.

Masing-masing fase memiliki karakteristik tersendiri dan berhasil tidaknya membesarkan anak tergantung juga dengan pemahaman orang tua pada ketiga fase tersebut. Menurut Maghrebi, di fase pertama yang paling utama adalah bermain.

Pada fase pertama itu anak secara aktif akan meniru orang tua yang berperan sebagai panutan (role model).

Sedangkan pade fase kedua, ada pihak-pihak lain yang mewarnai pertumbuhan anak yaitu sekolah dan guru.

"Tema utama fase (kedua) ini adalah disiplin. Anak belajar baik dan salah, apa yang boleh dan yang tidak. Jadi setelah banyak bermain di fase pertama, di fase kedua ini anak belajar norma dan nilai," kata Maghrebi.

Pada fase ketiga, orang tua lebih berperan sebagai teman atau sahabat anak. "Sangat penting bagi anak untuk merasa nyaman saat berbicara dengan orang tua. Dengan begitu anak bisa secara terbuka mengatakan kalau ia melakukan kekeliruan," ujarnya.

Di fase ketiga ini, orang tua harus bijak ketika memberi tahu seorang anak bahwa sang anak telah melakukan kesalahan. "Reaksi marah atau langsung memberi hukuman bisa berakibat buruk. Di antaranya anak mungkin tidak lagi percaya dengan orang tua. Setidaknya mereka tidak lagi nyaman berbicara secara jujur kepada orang tua," ujarnya.

Selain pemahaman oleh orang tua, Maghrebi juga menekankan perlunya suasana rumah yang kondusif. "Di dalam rumah tidak boleh ada pertengkaran, tidak boleh ada teriakan atau emosi marah dari orang tua. Jangan rusak suasana rumah," katanya.

Di rumah, orang tua diharapkan menciptakan suasana yang tenang dan mengisi rumah dengan cinta dan kejujuran.

"Ini akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang kuat, baik dari sisi mental maupun intelektual," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement