Rabu 04 Mar 2015 20:01 WIB
IBF 2015

Gerakan Ayo Membaca Indonesia untuk Revolusi Mental

Rep: c14/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung membaca buku dalam pameran Islamic Book Fair ke-14 2015 di Istora senayan, Jakarta, Jumat (27/2).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pengunjung membaca buku dalam pameran Islamic Book Fair ke-14 2015 di Istora senayan, Jakarta, Jumat (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Ayo Membaca Indonesia diluncurkan di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (4/3). Gerakan ini membawa semangat membaca sebagaimana perintah yang diterima Rasulullah saat menerima wahyu di Gua Hira, Makkah.

"Jadi perintah membaca itu sudah lama sekali. Pertanyaannya, apakah masih relevan? Ya. Dengan konteksnya lebih luas," ujar Ketua Umum Amind, Dedi Sjahrir Panigoro.

Chairman Medco Group ini melanjutkan, gerakan ini dimaksudkan untuk mengajak semua pihak memerangi tiga musuh utama bangsa Indonesia, yakni kemiskinan, kebodohan, dan korupsi.  "Dikaitkan dengan yang populer sekarang, kita melakukan revolusi mental dan budaya Indonesia," tegas Dedi.

Dedi mengungkap lahirnya gerakan literasi sesungguhnya sudah lama dan marak di Indonesia. Misalnya,  gerakan Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) yang diusung kalangan sastrawan sendiri seperti Taufiq Ismail.

Karena itu, pihaknya mengajak seluruh penggerak di bidang kemajuan literasi Indonesia, untuk sama-sama bersinergi. Apalagi, dalam hal minat membaca dan menulis, Indonesia ketinggalan cukup jauh dengan negara-negara lain.

"Komunitas-komunitas itu ada banyak. Salah satunya, SBSB itu bagus. Karenanya, kita upayakan terus networking dengan semua. Tentu saja, ujarnya.

Menurut Dedi, upaya pemerintah sendiri sudah baik dalam menciptakan pendidikan yang berpihak pada kemajuan literasi. Namun, itu belum maksimal. Misalnya, dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku sekarang, sektor pendidikan mendapatkan porsi anggaran yang sangat besar.

Namun, pemanfaatannya masih menjadi tugas besar yang belum optimal ditunaikan pemerintah. Itulah kita, pergerakan-pergerakan, mesti kasih masukan kepada pemerintah. Malah tidak hanya kasih masukan, tapi mesti turut ke masuk dalam sistem, katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement