Selasa 15 Jan 2013 17:15 WIB

Belajar Kearifan dari Wali Songo (1)

Masjid Sunan Ampel
Masjid Sunan Ampel

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Damanhuri Zuhri

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur, Prof Dr Imam Suprayogo yang juga dikenal sebagai pengamat sosial mengatakan, di antara aspek budaya yang paling sulit berubah adalah agama atau religi. Bentuk rumah, cara berpakaian, cara jual beli, tanam-menanam dan lain sebagainya, mudah berubah dan bahkan selalu berubah.

Tidak demikian dengan agama. Perubahan agama sangat sulit. Karena itu, dalam ajaran kenabian, tidak banyak nabi yang berhasil semasa hidupnya. Ajarannya baru berkembang setelah nabi yang bersangkutan wafat, diteruskan oleh umatnya dalam waktu yang lama. Hal itu karena perubahan dalam keyakinan itu sangat sulit dan lama.

Menurut Imam, Islam di Indonesia sedemikian cepat berkembang oleh karena dikembangkan secara tepat, yaitu lewat akulturasi. Perubahan dilakukan tanpa secara radikal mengubah kepercayaan sebelumnya. Itulah yang dilakukan para Wali Songo di Jawa. Hasilnya, wajah Islam tidak terlalu murni, tapi cepat meluas dan kokoh sekali. Hal itu terjadi karena budaya asli tidak tercerabut dan bahkan menyokong pertumbuhan Islam.

Dengan demikian, akulturasi terasa lebih tepat oleh karena tidak ada yang merasa dikalahkan. Tidak ada yang merasa menang dan tidak ada yang merasa kalah. Dari cara itu, Indonesia menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Inilah salah satu yang harus disyukuri dari proses akulturasi.

Contoh itu, kata Imam Suprayogo, banyak sekali. Seperti, seni wayang kulit di Jawa. Cerita yang diangkat dalam pewayangan diambil dari budaya Jawa. Tapi, oleh Sunan Kalijaga digunakan untuk mengenalkan Islam. Di sana, misalnya, ada Jamus Kalimosodo atau rukun Islam. Sunan mengenalkan Islam lewat pewayangan itu. Akhirnya, mudah diterima oleh masyarakat.

Selain itu, banyak gending Jawa yang isinya sebenarnya adalah mengenalkan ajaran Islam. Gending dimaksud misalnya Blimbing Kuwi. Juga tentang pakaian. Muslim Jawa dulu tetap berpakaian Jawa, tidak pakai gamis seperti sekarang. Atau pakai peci haji segala. Dan, masih banyak contoh lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement