Jumat 29 Jun 2012 23:13 WIB

Hujjatul Islam: Habib Salim Bin Djindan, Guru para Habaib (2)

Rep: Alwi Shahab/Nidia Zuraya / Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah menimba ilmu dan mendapat sanad serta ijazah dari beberapa ulama, Habib Salim akhirnya memiliki keahlian dan alim dalam berbagai bidang: hadis dan sejarah, termasuk sanad hadis.

Kepakarannya dalam bidang hadis menempatkannya sebagai seorang muhaddis (ahli hadis) dan musnid (menguasai ilmu sanad hadis).

Dalam menguraikan suatu hadis, Habib Salim sangat fasih dan hafal sumber-sumbernya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Inilah yang membuat orang kagum terhadap daya ingatnya yang demikian cemerlang.

Sebagai seorang yang hormat kepada guru-gurunya yang selama bertahun-tahun dia tekuni, dia pun memberikan penghargaan yang tinggi pada mereka.

Habib Salim pernah berkata, ''Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Sungguh dapat aku rasakan bahwa majelis mereka merupakan majelis para sahabat Rasulullah SAW di mana terdapat kekhusyukan, ketenangan, dan kharisma yang terpencar di hati mereka.''

Kendati sudah terkenal sebagai dai muda (17 tahun) sewaktu di Surabaya, namanya makin berkibar saat hijrah ke Jakarta. Dalam masa remaja itu, dia juga berdakwah di kota-kota lain, seperti Pekalongan, Tegal, hingga Bogor, di samping membuka majelis taklim di kediamannya di Bidaracina (kini Jalan Otista), Jakarta Timur.

Tegas

Salah satu keistimewaan Habib Salim adalah sikapnya yang tegas dalam berdakwah. Ia tak mengenal kata takut dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Keberaniannya ini bagaikan lawan tanpa tanding, termasuk para penguasa di zaman pemerintahan Bung Karno.

Ibnu Umar Junior dalam risalah Fenomena Kramat Jati menulis, ''Gara-gara keberaniannya, Kolonel Sabur (salah satu ajudan Bung Karno) sampai berang setengah mati kepada Habib Salim ketika dia melancarkan kritik-kritik terhadap pemerintah di sebuah acara di Palembang tahun 1957 yang dihadiri Presiden Soekarno.”

“Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, beliau berkata kepada para hadirin, 'Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?' Serempak para hadirin menjawab, 'Teruuus!'.''

Karena keberaniannya itu, ia sering ditangkap pemerintah dan harus menghabisi malam-malamnya di penjara. Saat berceramah di Manado yang penduduknya mayoritas beragama Kristen, ia pernah ditangkap. Tuduhannya, apalagi kalau bukan pelecehan agama. Padahal, Habib Salim berbicara mengenai keadaan yang sebenarnya. Namun, umat Kristiani merasa tersinggung dengan ucapan Habib Salim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement