Senin 20 Feb 2012 23:10 WIB

Hujjatul Islam: Al-Farabi, Pemikir Besar Muslim Abad Pertengahan (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Al-Farabi (ilustrasi).
Foto: kaznu.kz
Al-Farabi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Dunia mendaulatnya sebagai 'Mahaguru Kedua' setelah Aristoteles. Julukan itu disematkan kepada Abu Nasr Muhammad ibnu Al-Farakh Al-Farabi, seorang pemikir besar Muslim pada abad pertengahan.

Karena kiprah, jasa dan dedikasinya sebagai seorang filsuf dan ilmuwan terbaik di zamannya, telah membuat Al-Farabi didaulat sebagai guru kedua setelah pemikir besar Yunani kuno tersebut. Filsuf Islam yang dikenal di dunia barat dengan nama Alpharabius itu adalah sosok ilmuwan yang serba bisa.

Tak seperti ibnu Khaldun yang sempat menulis autobiografi, Al-Farabi tidak menulis autobiografi dirinya. Tak ada pula muridnya yang mengabadikan latar belakang hidup sang legenda itu, sebagaimana Al-Juzjani mencatat jejak perjalanan hidup gurunya, ibnu Sina.

Tak heran bila muncul beragam versi mengenai asal-muasal Al-Farabi. Ahli sejarah Arab pada abad pertengahan, ibnu Abi Osaybe'a, menyebutkan bahwa ayah Al-Farabi berasal dari Persia. Muhammad ibnu Mahmud Al-Sahruzi juga menyatakan Al-Farabi berasal dari sebuah keluarga Persia.

Namun, menurut ibnu An-Nadim, Al-Farabi berasal dari Faryab di Khurasan. Faryab adalah nama sebuah provinsi di Afghanistan. Keterangan itu diperoleh oleh An-Nadim dari temannya bernama Yahya ibnu Adi yang dikenal sebagai murid terdekat Al-Farabi.

Sejumlah ahli sejarah dari Barat, salah satunya Peter J King, juga menyatakan Al-Farabi berasal dari Persia. Berbeda dengan pendapat para ahli di atas, ahli sejarah abad pertengahan, ibnu Khallekan, mengklaim bahwa Al-Farabi lahir di sebuah desa kecil bernama Wasij di dekat Farab (sekarang Otrar berada di Kazakhstan). Konon, ayahnya berasal dari Turki. Menurut Encyclopedia Britannica, Al-Farabi juga berasal dari Turki.

Konon, Al-Farabi lahir sekitar tahun 870 M. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di tanah Farab. Di kota yang didominasi pengikut mazhab Syafi'i itulah Al-Farabi menempuh pendidikan dasarnya. Sejak belia dia sudah dikenal memiliki otak yang cerdas. Ia juga memiliki bakat yang begitu besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajarinya.

Setelah menyelesikan studi dasarnya, Al-Farabi hijrah ke Bukhara untuk mempelajari ilmu fikih dan ilmu-ilmu lainnya. Ketika itu, Bukhara merupakan ibukota dan pusat intelektual serta religius Dinasti Samaniyah yang menganggap dirinya sebagai bangsa Persia.

Saat itu, Bukhara dipimpin oleh Nashr ibnu Ahmad (874-892). Pada masa itulah Al-Farabi mulai berkenalan dengan bahasa dan budaya serta filsafat Persia. Di kota itu pula Al-Farabi muda mulai mengenal dan mempelajari musik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement