Kamis 16 Feb 2012 16:18 WIB

Mujahidah: Saudah binti Zam'ah, Sang Ummul Mukminin (2-habis)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Wallpaperimper.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Janda Saudah binti Zam'ah adalah perempuan pertama yang dinikahi Nabi Muhammad SAW setelah Khadijah wafat.

Diriwayatkan, saat itu para sahabat memerhatikan kesendirian Rasulullah sepeninggal istri tercintanya. Barangkali dengan pernikahan dapat menghibur dan mengurus Rasulullah, serta putri-putrinya. Namun, siapa yang berani menyampaikan usulan tersebut kepada Rasulullah?

Khaulah binti Hakim yang berani menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Berbagai sumber menjelaskan, perempuan ini mengajukan nama Aisyah binti Abu Bakar sebagai calon istri Nabi. Namun usianya masih kecil, sehingga baru dipinang lebih dulu, dan menikahinya menunggu hingga cukup. Selama masa menunggu tersebut, Saudah yang dipilih sebagai istri Rasulullah.

Dibandingkan dengan Aisyah, Saudah binti Zam’ah jauh lebih tua. Usianya saat itu mencapai 55 tahun. Ia juga bukan perempuan yang kaya raya seperti Khadijah. Tubuhnya tinggi besar, dan tidak cantik. Namun, Rasulullah tetap memilih Saudah sebagai istrinya. Di mata Rasulullah, Saudah sosok perempuan yang sabar, mujahidah yang ikut hijrah bersama kaum Muslimin, dan mampu menjadi pemimpin di rumah ayahnya yang masih musyik.

Rasulullah meminta Khaulah menyampaikan niat baiknya itu kepada Saudah. Ketika bertemu Saudah, Khaulah dengan gembira berkata, "Apa gerangan yang telah engkau perbuat sehingga Allah memberkahimu dengan nikmat yang sebesar ini?"

Saudah tidak pernah memimpikan kehormatan sebesar itu, terutama setelah orang-orang mencampakkan karena kematian suaminya. Saudah menyetujui pinangan Rasulullah, dan meminta Khaulah menemui ayahnya, Zam’ah bin Qais. Pernikahan Rasulullah dengan Saudah dilangsungkan dengan baik pada bulan Syawal tahun ke 10 Nubuwah.

Saudah dikenal sebagai perempuan yang suka bersedekah dan berbudi luhur. Sedangkan sebagai istri, dia suka menyenangkan suami dengan kesegaran candanya.

Diriwayatkan oleh Ibrahim An-Nakha’i, bahwasannya Saudah berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, tadi malam aku shalat di belakangmu, ketika rukuk punggungmu menyentuh hidungku dengan keras, maka aku pegang hidungku karena takut kalau keluar darah." Mendengar itu, Rasulullah tertawa.

Sebagai ibu rumah tangga, Saudah tinggal kediaman Rasulullah sampai Aisyah datang menjadi istri Nabi. Usianya yang sudah lanjut membuatnya iklas waktu kebersamaan dengan Rasulullah diserahkan kepada Aisyah. Walaupun begitu, ia tetap bekerja keras mengurus rumah hingga Nabi wafat.

Aisyah sering menyebut kebaikan dan memuji Saudah. "Tidak seorang pun yang lebih aku sukai dalam dirinya daripada Saudah binti Zam’ah, hanya saja dia agak keras wataknya," kata Aisyah dalam sebuah riwayat.

Semasa hidupnya, Saudah termasuk istri Rasulullah yang banyak menghafal dan menyampaikan hadist-hadist Nabi. Ia wafat di akhir kekhalifahan Umar bin Khathab di Madinah tahun 54 Hijriyah. Sebelum dia meninggal, dia mewasiatkan rumahnya kepada Aisyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement