Kamis 12 Jan 2012 14:56 WIB

Melacak Jejak Dzatus Salasil: Saksi Ketaatan Pasukan Muslim (Bag 2)

Rep: Friska Yolandha/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, Malam begitu dingin. Pasukan tentara Muslim menggigil kedinginan. Mereka pun berinisiatif untuk menyalakan api unggun. Mengetahui pasukannya akan menyalakan api, Amru segera melarangnya. ‘’Siapapun yang berani menyalakan api, saya akan lemparnya  ke dalam api itu,’’ cetus Amru.

Pasukan tentara Muslim pun kaget mendengar jawaban itu. Sejumlah tokoh Muhajirin  berusaha untuk membujuk Amru agar mengizinkan pasukan menyalakan api. “Bukankah kalian diperintah untuk mendengar dan taat kepadaku?’’ Tanya Amru kepada tokoh Muhajirin itu.

‘’Ya, benar,’’ jawab kaum Muhajirin.

“Maka kerjakanlah!”

Umar bin Khattab sempat marah mendengar sikap Amru itu. Umar berniat untuk melabrak Amru.  Untunglah Abu Bakar segera mengingatkannya.

‘’Wahai Umar, sesungguhnya Rasulullah tidak akan mengangkatnya menjadi panglima, melainkan karena keahliannya dalam berperang.’’ Umar pun terdiam.

Dinginnya udara malam menusuk tulang. Tak ada api unggun yang dinyalakan pasukan tentara Muslim. Mereka menaati perintah komandan perang. Ketaatan mereka sungguh luar biasa. Dengan penuh keikhlasan mereka melewati malam dengan tubuh yang menggigil kedinginan.

***

Pada malam yang dingin itu Amru mimpi basah. ‘’Aku mimpi basah pada malam yang sangat dingin. Aku yakin sekali bila mandi pastilah celaka. Maka aku bertayammum dan shalat shubuh mengimami teman-temanku,’’ ujarnya seperti tercantum dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Al-Hakim, Ibnu Hibban dan Ad-Daruquthuny itu.

Pasukan tentara Muslim pun mengobrak-abrik pasukan tentara musuh yang lemah. Setelah bertempur sekitar satu jam, tentara musuh kocar-kacir diserbu pasukan yang dipimpin Amru. Awalnya, kaum Muslimin hendak mengejar mereka, namun Amru melarangnya.

‘’Mengapa Amru melarang kita untuk mengejar mereka, padahal kita nyaris memenangkan peperangan?’’ Tanya sejumlah pasukan. Keputusan Amru itu kembali menuai protes dari Umar bin Khattab.

‘’Bagaimana mungkin dia memerintahkan kita untuk berkumpul, padahal pasukan kita sudah dekat sekali dengan kemenangan?’’ ujar Umar.

Lagi-lagi Abu Bakar menenangkan Umar. ‘’Wahai Umar, Rasulullah tidak akan mengangkatnya menjadi panglima, melainkan karena keahliannya berperang. Jika kau lebih baik dari Amr, maka Rasulullah pastilah akan memilihmu.” Umar pun terdiam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement