Rabu 04 Jan 2012 16:07 WIB

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Perang Tabuk dan Kaum Munafik

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa rumah-tangga, ketegangan dan kegelisahan yang timbul antara Nabi dengan istri-istrinya tidak sampai mengubah segala sesuatu mengenai masalah-masalah umum.

Setelah Mekkah dibebaskan dan penduduk kota itu menerima Islam, sekarang masalah-masalah umum itu sudah terasa makin penting sekali. Seluruh masyarakat Arab sudah mulai merasakan betapa pentingnya hal itu.

Rumah Suci (Ka'bah) sudah merupakan tempat suci buat orang Arab, tempat mereka berziarah sejak berabad-abad lamanya. Rumah Suci ini dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan itu—penjagaan, penyediaan makanan dan air serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah haji dari pelbagai macam upacara—kini berada di tangan Nabi Muhammad SAW dan di bawah undang-undang agama baru ini.

Sementara perhatian Rasulullah sedang diarahkan ke seluruh Jazirah Arab supaya jangan lagi ada pihak yang akan dapat menggoyahkan dan mengganggu keamanan kaum Muslimin, tiba-tiba ada berita yang sampai kepada beliau bahwa pihak Romawi sedang menyiapkan pasukan hendak menyerang perbatasan tanah Arab sebelah utara.

Rasulullah kemudian menyeru seluruh kabilah agar bersiap-siap menghadapi pasukan Romawi.  Beliau juga meminta orang-orang kaya dari kalangan Muslimin supaya ikut serta menyiapkan pasukan dengan harta yang mereka miliki.

Ada yang menyambut seruan Rasulullah dengan hati gembira disertai keimanan yang mendalam karena kembali berjihad di jalan Allah. Ada yang cemas, gentar, ketakutan, bahkan ragu-ragu.

Golongan pertama dengan segera menyambut seruan Rasulullah. Orang-orang kaya diantara mereka menyerahkan semua harta demi perjuangan di jalan Allah dengan tulus ikhlas, dan harapan dapat meraih syahid.

Sedang golongan kedua masih merada berat hati. Mereka mulai mencari-cari alasan sambil berbisik-bisik sesama mereka dan mencemooh ajakan Rasulullah untuk menghadapi suatu peperangan yang jauh, dalam cuaca yang begitu panas membakar. Itulah orang-orang munafik, yang karena mereka Surah At-Taubah turun. Surah yang berisi ajakan perjuangan yang paling besar dan paling tegas menyampaikan ancaman Allah kepada mereka yang menolak ajakan Rasulullah.

 

Rasulullah melihat bahwa mereka tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena dikhawatirkan akan memengaruhi kaum Muslimin lainnya. Beliau pun mengambil tindakan tegas. Orang-orang munafik ini berkumpul di rumah seorang Yahudi bernama Sulaim. Mereka hendak menghalang-halangi orang-orang beriman dan memprovokasi mereka umat Muslim agar jangan ikut berperang.

Rasulullah kemudian mengutus Talhah bin Ubaidillah dan beberapa orang sahabat untuk menghadapi mereka. Akhirnya, rumah tersebut dibakar. Sementara orang-orang munafik itu berhasil melarikan diri. Dengan demikian, mereka takkan berani lagi mengulangi perbuatan semacam itu. Bahkan tindakan itu menjadi contoh buat yang lain.

Tindakan tegas terhadap orang-orang munafik itu meninggalkan bekas. Dalam mempersiapkan pasukan, orang-orang kaya dan kaum berada datang berbondong-bondong menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang cukup besar. Usman bin Affan saja menyumbang seribu dinar lebih.

Setiap orang yang mampu tampil dengan perlengkapan dan biaya sendiri pula. Orang-orang yang tidak punya juga banyak yang datang ingin dibawa serta oleh Nabi. Mereka yang mampu, dibawa oleh Nabi. Kepada mereka yang tidak mampu, beliau bersabda, "Dalam hal ini, aku tidak mendapat kendaraan yang dapat membawa kalian."

 

Dengan demikian, mereka pun kembali pulang dengan bercucuran air mata. Mereka sedih karena tak ada pula yang dapat mereka sumbangkan. Karena tangisan mereka itulah, mereka dijuluki "Al-Bakka'un" (orang-orang yang menangis).

Berita keberangkatan kaum Muslimin dengan kekuatan besar ke Tabuk telah didengar oleh pihak Romawi. Tak mau ambil resiko, pihak Romawi memilih menarik mundur pasukannya. Setelah kaum Muslimin sampai di Tabuk dan Rasulullah mengetahui  pihak Romawi telah menarik diri dengan ketakutan, beliau tidak memerintahkan pasukan untuk melakukan pengejaran.

Oleh karena itu, Rasulullah tetap tinggal di perbatasan, dan akan menghadapi siapa saja yang akan menyerang atau melawan pasukan Islam. Beliau berusaha menjaga perbatasan-perbatasan itu supaya tidak ada pihak yang berani mendudukinya.

Sejak itu pula, Muhammad bersikap tegas terhadap orang-orang munafik. Pasalnya, jumlah kaum Muslimin sudah bertambah banyak. Tingkah-laku kaum munafik terhadap mereka akan berbahaya sekali dan sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, perlu diatasi.

Muhammad SAW memang yakin sekali—setelah janji Allah akan memberikan kemenangan kepada agama ini—bahwa jumlah mereka akan bertambah, akan berlipat-ganda banyaknya dari yang sekarang. Maka saat itulah orang-orang munafik merupakan bahaya besar. Merupakan virus yang sangat berbahaya, jika kuman-kuman munafik ini tidak segera diberantas.

 

sumber : Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement