Kamis 21 Jul 2011 10:47 WIB

Sejarah Para Khalifah: Abdul Majid II, Khalifah Pamungkas

Red: cr01
Sultan Abdul Majid II ketika diarak dengan kereta.
Foto: Flickr.com
Sultan Abdul Majid II ketika diarak dengan kereta.

REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Majid II lahir 29 Mei 1869 dan wafat 23 Agustus 1944 adalah khalifah terakhir Turki Utsmani. Ia menjabat sejak 19 November 1922 hingga 3 Maret 1924.

Pada masa pemerintahan Abdul Majid II, posisi Mustafa Kemal Ataturk semakin mencorong dan kharismanya semkain kuat. Pada saat yang sama, nama khalifah semakin anjlok di mata rakyatnya. Semua ini akibat permainan Inggris yang tidak gampang dilacak.

Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan 'impiannya' pada sosok Ataturk. Hubungan antara intelijen dan Ataturk melalui perantaraan seorang intelijen bernama Amstrong. Hubungan keduanya mulai dekat sejak Kemal Ataturk menjadi komandan perang Utsmani yang kala itu bertugas di Palestina dan Suriah.

Kemal Ataturk benar-benar berubah dari seorang perwira yang tidak berpengaruh menjadi seorang panglima militer yang memiliki berbagai kedudukan dan banyak memperoleh kemenangan. Dia pun mendapat gelar "gazhi" berkat pengaruh para intelijen Inggris.

Mustafa Kemal Ataturk adalah sosok yang doyan mabuk-mabukan dan kerap melakukan tindakan yang amoral. Hal ini tak mengherankan karena ia berasal dari Yahudi Dunamah. Dalam ensiklopedi Yahudi disebutkan, sebagian besar kalangan Yahudi Salanika menyatakan dengan tegas bahwa Kemal Ataturk berasal dari Dunamah. Ini juga merupakan keyakinan kalangan Islam yang tidak setuju dengan Kemal Ataturk. Namun pemerintahan Turki menolaknya.

Arnold Toynbee memberi catatan tentang nasab Mustafa Kemal Ataturk. "Sesungguhnya darah Yahudi mengalir deras dalam keluarga Mustafa Kemal. Sebab Salanika merupakan tempat orang-orang Yahudi berada, saat mereka ditimpa cobaan dan pengasingan. Mereka menyembunyikan akidah yang sebenarnya dengan pura-pura masuk Islam. Namun tabiat dan karakter, warna mata dan postur tubuh Kemal Ataturk tidak menunjukkan pengaruh darah Yahudi dalam dirinya," papar Toynbee.

Khalifah Abdul Majid II adalah sosok lelaki yang terdidik, sebagaimana halnya kebanyakan keturunan Bani Sulaiman. Dalam pandangan orang-orang Turki, ia dianggap memiliki hubungan yang hidup dengan khazanah dan sejarah Utsmani Islam.

Warga Istanbul sangat menghormati Sultan setiap kali hadir di masjid untuk shalat Jumat. Hal ini membuat Kemal Ataturk sangat membenci Sultan Abdul Majid II. Dia tak bisa melihat dan mendengar kecintaan manusia dan kesenangan mereka pada keluarga keturunan Utsmani. Dia pun melarang khalifah keluar untuk melaksanakan shalat dan mengurangi hak-hak istimewa sultan.

Kemal Ataturk memerintah dengan tangan besi dan bara api. Dia mendapat dukungan dari berbagai negara besar terhadap kebijakan politiknya yang kejam dan bengis. Pada 3 Maret 1924 Kemal Ataturk memanggil semua anggota pendiri organisasi untuk mengadakan pertemuan. Dia yakin bahwa tidak seorang pun dari anggota pendiri yang sebenarnya tinggal nama itu yang berani menentangnya. Dia mengusulkan pada organisasi itu proyek pembubaran khilafah yang dia sebut sebagai 'bisul sejak abad pertengahan'.

Keputusan pun diambil yang juga mencakup pembuangan khalifah pada hari berikutnya tanpa ada perdebatan. Maka obor khilafah pun padam di tangan Mustafa Kemal Ataturk.

Kemal Ataturk melaksanakan semua rancangan tertulis yang ia tandatangani dengan negara-negara Barat. Di mana kesepakatan Luzan yang terjadi pada 1340 H/1923 M telah mewajibkan Turki untuk menerima beberapa syarat  perjanjian yang dikenal dengan syarat-syarat Karzun yang empat. Karzun sendiri adalah ketua delegasi Inggris dalam muktamar Luzan.

Syarat-syarat itu ialah: 1) Pemutusan semua hal yang berhubungan dengan Islam dari Turki; 2) Penghapusan khilafah Islam untuk selama-lamanya; 3) Mengeluarkan khalifah dan para pendukung khilafah dan Islam dari negeri Turki serta mengambil harta khalifah; 4) Mengambil undang-undang sipil sebagai pengganti undang-undang Turki yang lama.

Muncullah kegundahan dan keguncangan di dunia Islam. Kemal Ataturk telah melaksanakan semua rencana itu dengan sempurna. Dia pun semakin jauh dari rambu-rambu Islam. Akhirnya Turki tenggelam dalam ganasnya westernisasi, dan berenang di lautan sekularisasi.

Pemerintah sekuler Turki memutus hubungan Turki dengan masa lalu keislaman mereka di satu sisi, dan memutus Turki dengan kaum Muslimin di seluruh negeri Arab dan Islam pada sisi yang lain.

Mustafa Kemal Ataturk meninggal pada 1356 H setelah berhasil menancapkan kuku-kuku sekularisme di Turki, walaupun tidak disukai kaum Muslimin. Ia menderita sakit selama beberapa tahun menjelang kematiannya. Tak diketahui secara pasti apa penyakit yang dideritanya.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement