Senin 23 May 2011 07:17 WIB

Kisah Para Khalifah: Abdurrahman II, Pemimpin yang Dicintai

Red: cr01
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pada usia 31 tahun ia dinobatkan sebagai penguasa tertinggi Andalusia menggantikan ayahnya, Hakam I bin Hisyam. Ia adalah khalifah keempat Dinasti Umayyah di Andalusia. Kenaikannya di tahta kerajaan diharapkan bisa melahirkan kembali harapan rakyat. Banyak yang tidak menyukai kepemimpinan ayahnya yang keras dan bertangan besi. Sebaliknya sejak muda Abdurrahman II sudah dicintai rakyat, baik lantaran sikapnya sehari-hari maupun kebijakan yang dia jalankan ketika mendapat tugas dari sang ayah. Pemerintahannya ditandai dengan dua hal.

Pertama, peperangan ke luar daerah dan pengamanan dalam negara. Kedua, pembangunan besar-besaran dan pengembangan ilmu pengetahuan. Masa pemerintahannnya di Cordoba, bersamaan dengan masa kekuasaan Khalifah Al-Makmun di Baghdad. Pada masa itu, kekuasaan Daulah Abbasiyah juga mencapai puncaknya. Pada masa-masa berikutnya, ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kecintaan rakyat tak hanya dari mereka yang beragama Islam. Ketika wafat, dia ditangisi oleh rakyat dari segala lapisan masyarakat. Bahkan orang-orang Yahudi dan Nasrani pun turut berduka cita atas kematiannya. Ketika ayahnya, Hakam I bin Hisyam masih, Abdurrahman II sering ditugaskan dalam sejumlah peperangan. Pada usia 18 tahun, ia sudah mengepalai pasukan untuk menghadapi kekuatan Raja Alfonso II yang ingin merebut pelabuhan Oporto dan Lisboa. Berbeda dengan ayahnya, ketika berhasil menaklukkan sebuah daerah, Abdurrahman II memperlakukan penduduknya dengan baik. Inilah yang menyebabkan masyarakat menyukai kepemimpinannya. Namun demikian, bukan berarti masa kepemimpinannya bebas dari kemelut. Hal itu disebabkan oleh beberapa kebijakan ayahnya yang tidak disenangi rakyat. Sejak pembunuhan massal yang dilakukan Khalifah Hakam I bin Hisyam, penduduk kota Toledo belum bisa memadamkan dendamnya. Karena itu, ketika melihat celah kelemahan Abdurrahman II, penduduk kota itu mulai menggerakkan pemberontakan. Aksi ini dipimpin oleh Hasyim Adh-Dharab. Menghadapi gejala itu, Khalifah Abdurrahman II segera mengirimkan pasukan untuk mengepung kota Toledo. Ia menggunakan taktik pengepungan jangka lama. Karena pengepungan ini benar-benar telah telah disiapkan sebelumnya, maka Abdurrahman II berhasil mengatasi kemelut di kota ini.

Penduduk kota Toledo berhasil ditundukkan. Khalifah Abdurrahman II tergolong pemimpin yang berpandangan ke depan. Karenanya ia tidak menyerang wilayah Aragon dan Catalonia lantaran daerah tersebut sedang dalam konflik. Panglima Musa bin Musa dari Toledo akhirnya berhasil menaklukkan wilayah itu, bahkan membunuh Raja Alfonso II. Selanjutnya terjadi perselisihan antara Panglima Musa dan Khalifah Abdurrahman II. Khalifah mengutus Pangliman Al-Harits bin Yaziga untuk menghadapi Panglima Musa. Namun berkat bantuan Raja Ramiro I, Panglima Harits berhasil ditawan. Mendengar panglimanya diperlakukan seperti itu, Khalifah Abdurrahman II segera mengirim pasukan. Kali ini dipimpin langsung oleh putranya, Muhammad. Kota Toledo tak bisa bertahan. Penduduknya menyerah. Panglima Musa bukannya dipecat, tetapi dikukuhkan kembali sebagai gubernur wilayah itu. Selain melakukan penyebaran Islam ke luar, Abdurrahman II juga mengembangkan pembangunan dalam negeri. Ia membuat saluran irigasi, mengembangkan seni budaya dan memperbaiki sarana transportasi dan jalan. Khalifah Abdurrahman II pada usia 62 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 31 tahun.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement