Selasa 05 May 2015 09:26 WIB

Jaga Kehormatan Diri

Ustaz Yusuf Mansur di wisuda akbar Indonesia Menghafal Alquran V di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Sabtu (25/10).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ustaz Yusuf Mansur di wisuda akbar Indonesia Menghafal Alquran V di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Sabtu (25/10).

Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

 

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sulap itu menarik. Magic itu menarik. Namun, mengapa justru saat revealed, terbuka rahasianya, maka sulap itu justru enggak menarik lagi?

Film-film beranimasi tinggi, bergambar hebat, ketika penonton enggak tahu rahasianya, maka akan membuat mereka terpukau. Dan keterpukauan penonton bisa jadi akan bertahan lama. Jika itu terjadi, maka akan menjadikan mereka menunggu sekuel-sekuel berikutnya.

Saat terbuka rahasianya, penonton pun menjadi tertawa. Sebagiannya senang. Sebagiannya lagi menertawakan diri sendiri. "Dibohongin animasi, hehehe ...."

Demikian pula halnya ketika manusia tidak dibuka aibnya, tidak dibuka kesalahannya, tidak dibuka pula kekotorannya, kebusukannya. Maka, bisa jadi ia akan menegakkan kepalanya. Orang lain juga akan memandangnya sebagai orang yang hebat, mulia, dan tinggi.

Namun, apa yang terjadi manakala kebusukannya, aibnya, kesalahannya, ataupun keburukannya dibuka oleh Allah SWT? Sangat bisa jadi sebisa apa pun dia menutupi segala kegalauannya. Dia akan tetap galau. Tetap tidak akan tegak sempurna wajahnya. Dan yang sudah bisa jadi diperkirakan adalah orang-orang akan kehilangan rasa hormatnya pada diri orang yang dibuka aib, kesalahan, atau keburukannya tersebut.

Manusia itu bukan hanya soal tampilan fisik. Bukan hanya masalah aksesoris, tetapi juga soal kehormatan, kemuliaan, dan harga diri. Bila sudah tidak ada atau malah tidak peduli dengan kehormatan, kemuliaan, dan harga dirinya, maka bisa jadi pula ia sudah akan tambah menabrak banyak hal; atau sudah shummun bukmun 'umyun, sudah buta mata hati. Maka, mereka akan menjadi pribadi yang tidak bisa lagi mendapat nasihat.

Segala keberhasilan, kesuksesan, kemewahan, jabatan yang saat ini kita emban, semuanya adalah ujian dari Allah SWT. Jika kita berhasil menjalankan amanah yang diemban itu, niscaya kita akan menjadi orang yang sukses, insya Allah, baik sukses di dunia maupun di akhirat. Tetapi, itu semua (keberhasilan, kesuksesan, dan jabatan yang kita raih) pada hakikatnya karena Allah SWT sayang dan senang dengan kita sehingga semuanya itu diberikan agar kita banyak bersyukur dan berzikir kepada-Nya.

Karena itu, enggak usah terlalu bergembira secara berlebihan. Tetaplah bersyukur dan selalu dekat kepada-Nya. Sebab, bagi Allah SWT sangat mudah bagi-Nya untuk mengambil itu semua. Yang kaya bisa jatuh miskin, yang punya jabatan tinggi bisa tak punya apa-apa. Semuanya bisa berubah dalam waktu singkat. Kun fayakun, selesai semuanya.

Semuanya bisa sirna dan musnah dalam hitungan waktu. Contohnya, Allah SWT angkat semua aib kita, Allah buka semua keburukan kita sehingga semua orang menjadi tahu siapa diri kita sebenarnya. Jika ini terjadi, maka segala kemewahan, kekayaan, kesuksesan, dan jabatan hilang dalam waktu singkat. Bila itu yang muncul, maka kita sesungguhnya tak lebih dari asfala safilin, yakni orang yang paling rendah derajatnya. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement