Senin 28 May 2018 14:16 WIB

Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah Bahas Tiga Hal, Apa Saja?

Hasil Pengkajian Ramadhan ini akan melahirkan sebuah buku.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Muhammadiyah
Foto: wikipedia
Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tahun 2018 mengusung tema Keadaban Digital: Dakwah Pencerahan Zaman Millennial. Ketua Pelaksana Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah tahun 2018, Prof Suyatno menyampaikan ada tiga fokus bagian yang dibahas di antaranya digital, keadaban, dan dakwah untuk pencerahan dan kemajuan.

"Fokus pembahasan materi-materi dari delapan pembicara ini semuanya dikaitkan dengan digital," kata Prof Suyatno kepada Republika.co.id di sela-sela Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah di Kampus Fakultas FKIP Uhamka, Senin (28/5).

Salah satu materi yang sudah dibahas yakni kaitannya digital dengan kesehatan. Ternyata menurut para dokter yang menjadi pemateri di pengkajian Ramadhan, teknologi digital banyak mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Contoh yang paling sederhana, orang-orang sudah seperti kecanduan karena tidak bisa jauh dari smartphone.

Jika lupa membawa smartphone saat bepergian biasanya timbul rasa cemas. Sementara rasa cemas tidak baik untuk kesehatan tubuh. Contoh lain, mendapatkan informasi melaluiwhatsapptentang pembunuhan atau kengerian. Mendapatkan informasi semacam ini pun menimbulkan kecemasan.

"Ternyata dari aspek kesehatan era digital ini sangat berpengaruh dengan kesehatan manusia, baik kesehatan jiwa, mental maupun fisik," ujarnya.

Dikatakan Prof Suyatno yang juga sebagai Bendahara Umum PP Muhammadiyah, di bidang kesehatan, teknologi digital yang canggih menjadi penting. Contohnya Rumah Sakit (RS) yang modern harus punya Teknologi Informasi (TI) yang modern. Sebab peralatan medis yang canggih menggunakan teknologi digital.

photo
Infografis Cara Mengenalkan Ramadhan

Menurutnya, suatu saat nanti akan ada layanan konsultasi kesehatan bagi masyarakat tanpa harus pergi ke RS atau klinik. Masyarakat bisa konsultasi kesehatan melalui media sosial sehingga tidak perlu antre di RS atau klinik. Kemudian tentang keadaban, di sini membahas bagaimana agar manusia mampu menggunakan alat canggih atau teknologi digital dengan cara yang beradab.

Sebab alat yang canggih bisa menguntungkan dan merugikan, tergantung bagaimana menggunakannya. Jadi ketika RS Muhammadiyah dilengkapi peralatan yang canggih dan dokter yang handal maka akan menjadi dakwah. "Digital itu sebuah revolusi yang tidak bisa kita hindari,gakada yang bisa menghindari teknologi, tapi agama kita (Islam) mengajarkan bagaimana menggunakan itu (teknologi) dengan keadaban," terangnya.

Menggunakan teknologi dengan keadaban, menurut Prof Suyatno, artinya menggunakannya dengan bijaksana. Sebagai contoh, saat mendapat berita yang mencemaskan jangan langsung dibagikan (share) karena belum tentu kebenarannya. Cara yang bijaksana, sebelum membagikan berita tersebut harus tabayyun terlebih dahulu.

Muhammadiyah merupakan lembaga dakwah, maka harus menggunakan teknologi dengan aturan dan cara-cara yang benar. Diharapkan warga Muhammadiyah saat berdakwah bisa menggunakan teknologi modern dengan keadaban.

Hasil Pengkajian Ramadhan ini, dijelaskan dia, akan menghasilkan sebuah literatur berupa buku. Buku akan disampaikan ke warga Muhammadiyah untuk disosialisasikan.

"Hasil yang diharapkan (dari Pengkajian Ramadhan) kita mampu menggunakan teknologi yang tidak bisa dihindari, kita mampu memilah dan memilih menggunakan teknologi yang baik, dan kita bisa memanfaatkan untuk dakwah," kata Prof Suyatno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement