Ahad 27 May 2018 07:00 WIB

Tiga Puluh Menit Bisa Membaca Alquran Bersama Republika

Ada tiga kunci dalam mempelajari cara membaca Alquran

Rep: Sri Handayani/ Red: Budi Raharjo
Ustadz Achmad Faridz Hasan memberikan arahan kepada peserta saat mengikuti pelatihan 30 menit bisa membaca Al-quran di Kantor Harian Republika, Jakarta.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustadz Achmad Faridz Hasan memberikan arahan kepada peserta saat mengikuti pelatihan 30 menit bisa membaca Al-quran di Kantor Harian Republika, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lelaki dan perempuan di atas 40 tahun tampak duduk di meja mengelilingi meja bulat di Ruang Basement Republika, Sabtu (26/5). Mereka tampak tekun menyimak penjelasan Ustaz Achmad Farid Hasan sembari memperhatikan huruf demi huruf dalam Alquran di hadapan mereka.

"Lurus, mungil, titik satu naik," kata Ustaz Farid sembari menuliskan satu per satu huruf Alquran di papan tulis. Para "santri" mengikuti dengan tekun. "Innalladziina aamanuu," kata mereka menirukan.

Begitulah suasana Pelatihan 30 Menit Membaca Alquran yang telag diselenggarakan ke-79 kalinya. Menurut Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, kegiatan ini merupakan rangkaian upaya mewujudkan kaum Muslim yang mengerti dan memahami Alquran.

Beberapa waktu lalu, Irfan menjelaskan data buta huruf Alquran di Indonesia mencapai 60 persen. Artinya, kaum Muslim yang mampu membaca Alquran hanya 40 persen. Dari jumlah tersebut, yang bisa menerjemah dan menafsirkan arti Alquran lebih sedikit lagi. Upaya ini tak hanya dilakukan oleh Pemerintah, namun perlu didukung oleh masyarakat.

Pelatihan dimulai sekitar pukul 08.00 WIB dengan pemateri Ustaz Achmad Farid Hasan. Farid merupakan penemu metode cepat membaca Alquran bernama Metode 30 Menit Bisa Membaca Alquran. Metode ini telah dipraktikkan selama kurang lebih 15 tahun dan dibukukan sejak 2005.

Selain memiliki latar belakang pendidikan pesantren, Ustaz Farid pernah belajar di salah satu sekolah tinggi Islam di Surabaya. Tak heran, ia dan sang istri, Zulfi Ida Syarifah, berani menuliskan metode itu dalam buku pertamanya.

Selain mengajar di perguruan tinggi, Farid memanfaatkan waktu luang untuk berbagi metode dasar membaca Alquran, baik secara perorangan maupun kelompok. Dari berbagai ilmu dan pengalaman inilah, Farid menemukan metode khusus ini.

Ada tiga kunci dalam mempelajari cara membaca Alquran. Pertama pengenalan huruf, dilanjutkan pengenalan tanda baca, dan terakhir tajwid. "Ada total 30 huruf hijaiyah dan delapan tanda baca yang harus dikenal oleh para peserta," kata Ustaz Achmad Farid.

Ia mengatakan, jika sudah menguasai huruf dan tanda baca pasti bisa membaca Alquran. "Huruf dalam bahasa latin itu konsonan. Kalau tanda baca itu vokal," kata dia.

Dari ketiga hal yang harus dipelajari, menurut Farid, huruf memegang peranan hingga 90 persen. Sisanya merupakan pengenalan tanda baca dan tajwid. Karena itu, alokasi waktu untuk pengenalan tanda baca juga lebih banyak, yaitu mencapai 25 menit.

Setelah mengenal huruf dengan baik, para peserta diprediksi hanya membutuhkan waktu lima menit untuk mengenal tanda baca. "Tajwidnya langsung dipraktikkan saat membaca," kata dia.

Memelajari tajwid, kata Farid, sangat mudah seiring dengan orang bisa menguasai huruf dan tanda baca. Dalam metode yang ia buat, tajwid diklasifikan dalam lima kelompok, yaitu bacaan panjang, hukum nun mati dan tanwin, qolqolah atau bacaan memantul, makharijul khuruf atau tempat keluarnya bunyi, dan waqaf atau tanda berhenti.

Dari kelima materi tersebut, hukum nun mati dan tanwin yang terkait dengan bacaan samar atau berdengung dan makharajul khuruf membutuhkan waktu paling lama. Farid menambahkan, penguasaan huruf dan tanda baca merupakan pondasi utama dalam membangun kemampuan membaca Alquran. Karena itu, keduanya harus dikuasai dengan baik sebelum beranjak pada pembelajaran tajwid.

Sayangnya, kata dia, metode umum yang selama ini dipakai sering kali membuat peserta beranjak pada teori tajwid yang begitu rumit, sementara penguasaan huruf dan tanda baca masih belum baik. "Itu menyulitkan individu yang belajar Alquran," kata dia.

photo
Seorang pria membaca Alquran di sebuah masjid di Algier, Jumat (25/5).

Dalam mengenalkan huruf, Ustaz Farid memiliki metode tersendiri. Ada tiga langkah yang ia ajarkan agar peserta dapat menguasai huruf dengan cepat. Pertama, memanggil nama latin.

Ia membuat kode nama latin untuk memudahkan peserta mengingat huruf yang diajarkan, misalnya A untuk alif, B untuk ba, S untuk sin, dan sebagainya. Selama sesi pengenalan huruf para peserta dilarang menggunakan nama lengkap huruf hijaiyah tersebut. kode-kode inilah yang dipakai untuk mengingat.

Langkah kedua, yaitu memberikan ciri khusus pada setiap huruf hijaiyah. Misalnya, a diberi ciri sebagai huruf yang lurus, sin memiliki tiga lengkungan yang ia sebut tiga gigi, ghain direpresentasikan dengan huruf G ditandai dengan Garuda dan sebagainya. Untuk memudahkan dan mempercepat proses mengingat, para peserta tidak dianjurkan untuk menganalisa ciri yang diberikan.

Langkah ketiga, mengelompokkan huruf-huruf hijaiyah dengan namalatin sama. Misalnya, dal, dzal, dzot, dan dzo sama-sama memiliki nama latin D.

Cara ini bisa digunakan pada anak mulai umur enam tahun hingga usia lanjut. Di bawah enam tahun, peserta dianggap belum memiliki emosi yang stabil. "Ini sangat penting, sebab dalam memelajari metode cepat ini, peserta dituntut untuk memiliki konsentrasi dan kesabaran tinggi," kata dia.

Ia menargetkan, butuh waktu sehari, tepatnya sekitar delapan jam, untuk mengenalkan ketiga kunci dalam membaca Alquran. Setelah itu, peserta dapat mengembangan sendiri kemampuan yang telah diajarkan.

Untuk peserta usia lanjut, proses pengenalan bisa lebih lama karena faktor kemampuan mengingat, melihat, dan sebagainya. Karena itu, dalam pertemuan yang mayoritas diikuti peserta usia lanjut ini, ia menambahkan waktu hingga satu jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement