Jumat 25 May 2018 20:54 WIB

JIC Gelar Pesantren Literasi dan Sains Islam

Kegiatan itu diikuti 20 mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta.

Para peserta Pesantren Literasi dan Sains Islam yang diadakan di Jakarta Islamic Centre (JIC) Jakarta.
Foto: Dok JIC
Para peserta Pesantren Literasi dan Sains Islam yang diadakan di Jakarta Islamic Centre (JIC) Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jakarta Islamic Centre (JIC) menggelar Pesantren Literasi dan Sains Islam. Kegiatan tersebut diadakan di JIC, Koja, Jakarta Utara, 25-27 Mei 2018.

“Pesantren Literasi dan Sains Islam ini merupakan kerja sama JIC dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI)-NU DKI Jakarta yang didukung oleh Perguruan Tinggi Dakwah  Islam Indonesia (PTDII)  dan the Islamic Science Research Nerwork (ISRN)-Uhamka,” kata Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan JIC, Rakhmad Zailani Kiki melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/5).

Ia menambahkan, kegiatan tersebut diikuti  oleh 20 mahasiswa/i. “Mereka berasal dari Kampus PTDII, STAI Al-Aqidah, YAI, Unindra, Universitas Terbuka (UT) dan para mahasiswi yang tergabung dalam KPM (Komunitas Pencinta Masjid) Jakarta,” ujarnya.

Kiki mengemukakan, metode pembelajaran di pesantren ini menggunakan Move Method dari Inwent, Jerman yang menuntut interaksi dan partisipasi penuh peserta. “Narasumber hanya fasilitator dan moderator, dengan mengedepankan presentasi peserta dan diskusi kelompok,” ungkapnya.

 Peserta dibagi dalam lima  kelompok diskusi dengan tema besar Disruptive Technology Industry 4.0. Tema besar tersebut  diturunkan dalam lima sub tema untuk lima kelompok, yakni:  1)  Robotic, 2)  Artificial intelligence (AI), 3) Brain Computer Interface (BCI), 4)  Cybernetic Organism (Cyborg) , dan 5) Hologram Body (Tubuh Hologram) yang terkait dengan ancaman, tantangan dan peluang bagi ajaran Islam, umat Islam dan kemanusiaan (humanisme).

Kiki mengatakan, diharapkan dari pesantren ini peserta dapat terbuka wawasannya dan  memahami tentang kondisi terkini dari ancaman dan tantangan  perkembangan Disruptive Technology Industry 4.0.

“Sehingga,  dapat menjadi bahan dakwah mereka di kampus dan lingkungan sekitarnya. Mereka juga diharapkan mampu berbuat dengan kemampuan dan keterbatasan mereka untuk menjadikan ancaman dan tantangan tersebut sebagai peluang membangun kembali kejayaan peradaban Islam,” papar Rakhmad Zailani Kiki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement