Kamis 24 May 2018 11:36 WIB

Syiar Majelis Taklim Kolong Jembatan di Hong Kong

Suasana Ramadhan sungguh sangat berbeda dengan minoritas penduduk Muslim.

Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I
Foto: Dok Pribadi
Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*

JAKARTA - Hongkong merupakan salah satu negara favorit tujuan para Buruh Migran Indonesia (BMI). Bahkan, beragam pemberitaan mengenai kondisi tenaga kerja Indonesia di luar negeri tidak menyurutkan animo masyarakat untuk dapat bekerja disana.

Tercatat 900.000 orang mengadu nasib di negara tersebut.Menjalani kehidupan di negara orang lain yang terasa serba asing, tentunya membuat para buruh migran ini perlu untuk menyesuaikan berbagai kebudayaansetempat.

Suasana Ramadhan sungguh sangat berbeda dengan minoritas penduduk Muslim, menjadi sebuah tantangan tersendiri. Meskipun demikian,semarak Ramadhan turut dirasakan oleh para buruh migran Indonesia di sana.

photo
Buruh Migran Indonesia (BMI)

Beragam kegiatan dilakukan dalam mengisi ramadhan tahun ini,salah satunya yang dilakukan oleh para buruh Migran Indonesia di Hongkong yangmelakukan kegiatan pengajian di kolong jembatan Taipo, Hongkong.

Kegiatan yang tak biasa ini tentunya mengundang rasa penasaranorang-orang yang melintas di jembatan tersebut, ditambah lagi dengan lantunan shalawat yang diiringi rebana yang dimainkan oleh ibu-ibu majelis taklim semakin menambah daya tarik. Para buruh migran Indonesia di Hongkong rutin mengadakan kegiatan pengajian pada hari libur dari siang hingga sore hari.

Kegiatan pengajian ini bukan hanya sebagai penambah khazanah keilmuan agama saja, tetapi para buruh pun bisa sambil mengisi liburan dan bertemu dengan rekan-rekan mereka.

Kegiatan pengajian para buruh migran ini merupakan syiar Islam kekinian. Syiar islam tidak lagi terjebak pada satu dimensi, kreatifitas dalam syiar islam semakin memperluas cakupan dimensi perkembangan islam.

photo
Suasana pengajian Buruh Migran Indonesia (BMI)

Dengan hal tersebut masyarakat akan lebih tertarik dan timbul rasa penasaran bahkan tidak jarang masyarakat turut mendokumentasikankegiatan para buruh migran ini.

Semoga saja kegiatan pengajian di bawah kolong jembatan inidapat menjadi jalan perkembangan Islam di Hongkong.

Penuh Tantangan

Perjalanan Buruh Imigran di Hongkong patut dijadikan sebagai Pelajaran. Harus dibukukan untuk menjadi referensi bacaan generasi akan datang. Jauh-jauh meninggalkan kampung halaman, menepis rasa kangen pada anak dan suami.

Sampai di Hongkong, mereka tetap berusaha untuk mempertahankan iman. Berkumpul dengan teman-teman membentuk pengajian. Meskipun tidak ada yang mahir dalam memberikan pesan-pesan Alquran.  Paling tidak, mereka tetap semangat untuk membuat perubahan amal perbuatannya menjadi lebih baik lagi dan lebih sopan.

Oleh karena itu, mereka mendatangkan ustaz atau ustazah setiap Ramadhan untuk mendapatkan nasihat dan meningkatkan keilmuan. Di luar Ramadhan mereka mengadakan pengajian sekali setiap pekan. Jika tidak ada ceramah dari ustaz, materinya mereka isi dengan yasinan, tahlilan, shalawatan, dan rebanaan.

Saya, termasuk beruntung. Mendapat kesempatan untuk mengisi pengajian di daerah Yuen Long. Pengajian dengan sebutan Pesantren Jam’iyyah Raudlatul Qolbiyyah (JRQ) Yuen Long.

Koordinator Pengajian ini adalah ibu Yana. BMI yang sehari-harinya bertugas menjaga binatang peliharaan majikannya. Saya bertanya sampai memandikan peliharaannyakah?

Ia menjawab, ya. Untungnya sudah ada sabun Thaharoh. Sabun yang dibuat khusus dengan formula tanah yang bisa mensucikan diri dari najis Mughalladzoh atau najis berat.

*Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (CORDOFA), Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement