Sabtu 19 May 2018 17:40 WIB

Wasekjen PBNU tak Permasalahkan Daftar Ustaz Kemenag

Ia menilai, rekomendasi tersebut sifatnya menyasar kantor-kantor pemerintah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlowi (kiri).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlowi (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) telah mengeluarkan daftar 200 nama ustaz yang menjadi rekomendasi bagi masyarakat. Rekomendasi itu dirilis karena dorongan dari sejumlah kalangan yang bertanya-tanya mengenai mubaligh yang pas mengisi acara di bulan Ramadhan.

Dalam memilih daftar tersebut, Kemenag mendasarkannya pada tiga aspek, yaitu kompetensi keilmuan agama yang mumpuni, reputasi yang baik dan pengalaman yang cukup dalam berceramah, serta memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi.

Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlowi mengatakan daftar nama ustaz yang dirilis Kemenag adalah sesuatu yang baik dan bisa membantu masyarakat di tengah kekhawatiran dalam beberapa peristiwa nasional akhir-akhir ini. Selain itu, karena banyaknya konten ceramah yang tidak sejalan dengan kehidupan kebangsaan dan kemajemukan di Indonesia.

Ia menilai, rekomendasi tersebut dikeluarkan Kemenag yang sifatnya menyasar kantor-kantor pemerintah. Sementara sektor swasta menurutnya bebas saja dalam memilih penceramah.

Ia mengatakan daftar ustaz itu sifatnya juga masih terbuka dan masih bisa bertambah. Berdasarkan masukan dari masyarakat, tidak menutup kemungkinan bahkan bisa ada nama ustaz yang dicabut atau bertambah dari dalam daftar.

Baca juga:

Ustaz Somad tak Masuk Rekomendasi, Ini Penjelasan Kemenag

Tak Masuk Rekomendasi Ulama Kemenag, Ini Kata Ustaz Somad

Karenanya, selama masyarakat merasa daftar rekomendasi ustaz itu bermanfaat, hal itu menurutnya tidak menjadi masalah. Apalagi, daftar ustaz tersebut hanyalah sebuah pilihan dan bukan sesuatu yang diharuskan.

"Menurut saya tidak masalah itu dikeluarkan, bagus-bagus saja sepanjang itu sifatnya terbuka dan bersifat pilihan saja, bukan suatu keharusan. Daftar ustaz itu juga dipilih berdasarkan seleksi," kata Masduki, saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (19/5).

Terkait tiga aspek yang dijadikan kriteria Kemenag dalam memilih ustaz, Masduki mengatakan ia sepakat dengan seleksi demikian. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah ustaz atau penceramah yang membawakan konten terkait agama dan kebangsaan dengan kompatibel. Terkadang ada penceramah yang membawakan konten yang tidak sejalan antara konsep keagamaan dan kebangsaan yang sudah dianut oleh bangsa Indonesia secara umum. Misalnya, kata dia, masih ada yang beranggapan jika NKRI atau sistem politik di Indonesia adalah thagut.

Masduki berharap, ke depan ustaz-ustaz lainnya bisa masuk dalam daftar rekomendasi dari Kemenag tersebut. Ia berharap rekomendasi itu bisa menimbulkan dampak yang baik bagi penceramah lainnya. Dalam hal ini, menurutnya, penceramah di luar juga akan berhati-hati dalam menyampaikan isi ceramahnya dan menyesuaikan diri dengan kriteria yang dipilih Kemenag.

"Ke depan diharapkan bisa lebih baik lagi materi ceramahnya, dan yang bersangkutan juga bisa menyampaikan ceramah yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan yang sudah ada. Karena NKRI ini sudah final, ceramah-ceramah tentang khilafah bertentangan dengan NKRI," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement