Ahad 06 May 2018 20:18 WIB

Muhammadiyah Dukung Penyatuan Kalender Islam Indonesia

Peluang penyatuan kalender Islam terbuka lebar.

Rep: Novita Intan/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) merekomendasikan penyatuan kalender Islam. Langkah ini untuk menyelesaikan masalah perbedaan hari raya yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamaan.

Dalam rencana tersebut, Lapan akan mengajak menteri agama dan ormas Islam untuk merealisasikannya. Wakil Ketua PP Muhammadiyah KH Yunahar Ilyas mendukung rancangan tersebut.

"Muhammadiyah sangat mendukung upaya untuk penyatuan kalender Islam," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Ahad (6/5).

Apabila rencana tersebut bisa terwujud, Muhammadiyah bersama pemerintah akan menyosialisasikan kepada masyarakat.

"Barangkali akan terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan kriteria awal bulan. Tapi perbedaan itu dapat didialogkan. Kami bersama pemerintah akan menjelaskannya kepada masyarakat secara gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami," ucapnya.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin menambahkan, peluang penyatuan kalender Islam secara nasional dan regional cukup lebar. Secara regional, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam tengah melakukan berbagai upaya menyamakan kriteria-kriteria tersebut.

Di level nasional, ormas-ormas Islam, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga disebut siap mengubah sejumlah kriteria penetapan penanggalan hijriyah. "Setidaknya peluang itu tetap ada. Kalau saya kira, sudah semakin dekat menuju penyatuan. Jadi tiga syarat itu, terkait otoritas, kriteria, dan batas. Tampaknya sekarang ini sudah mulai agak saling mendekati," kata Thomas.

Terkait hal ini, Thomas mengakui sudah melakukan pertemuan dengan Kementerian Agama (Kemenag). Dia berharap, pertemuan tersebut akan berlanjut untuk membahas masalah-masalah teknis yang detail.

"Menteri agama sudah merespons positif. Sosialisasi menggunakan berbagai media. Silaturahim bersama MUI dan ormas Islam yang difasilitasi Kemenag, focus group discussion dengan beberapa ormas, kuliah umum, pengajian, khutbah Jumat, serta media massa dan media sosial," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement