Senin 23 Apr 2018 22:08 WIB

Literasi dan Publisitas Zakat Terus Menanjak

Pembicaraan zakat tidak harus melulu soal angka-angka, tetapi semangat dan pola pikir

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Gelaran Amil Goes to Campus di Auditorium Sukadji Danuwihardjo Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (23/4).  Mengangkat tema Gantungkan Cita-Cita Kita Menjadi Amil dan Fundraiser Kekinian, kegiatan diisi pembicara kunci Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Muhammad Fuad Nassar.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Gelaran Amil Goes to Campus di Auditorium Sukadji Danuwihardjo Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (23/4). Mengangkat tema Gantungkan Cita-Cita Kita Menjadi Amil dan Fundraiser Kekinian, kegiatan diisi pembicara kunci Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Muhammad Fuad Nassar.

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Pemimpin Redaksi Harian Umum Republika, Irfan Junaedi menilai, kebangkitan zakat telah terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Literasi dan publikasi jadi dua aspek yang kini telah memberikan tempat kepada zakat.

"Zaman dulu tidak terbayang ada diskusi tentang zakat di kampus-kampus, ini menunjukkan ada kebangkitan publisitas tentang zakat yang mulai mendapatkan tempat," kata Irfan saat menjadi pembicara di Amil Goes to Campus di MM FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (23/4).

Ia melihat, saat ini setiap aktivitas lembaga zakat sudah bisa menjadi bahan pemberitaan yang menarik. Suasana ini dirasa telah memberikan optimisme akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang zakat, serta infaf, sodaqoh dan wakaf.

Untuk itu, ia menekankan, pembicaraan tentang perkembangan zakat tidak harus melulu soal angka-angka, tetapi juga spirit, semangat dan pola pikir. Menurut Irfan, perkembangan pola pikir itu jauh lebih penting karena memiliki implikasi yang besar.

"Kalau sudah tertanam dengan baik, itu akan menjadi harapan yang sangat bagus," ujar Irfan.

Republika sendiri menjadi salah satu bagian yang mendirikan lembaga filantropi Dompet Dhuafa. Menurut Irfan, pendirian salah satu lembaga yang berperan penting mendorong kebijakan zakat itu tidak lain karena ingin berperan secara nyata.

Artinya, Republika tidak ingin hanya sekadar omong kosong, dan ingin bisa merangkul secara lebih luas lagi tidak sekadar dari dalam. Akhirnya, dibangunlah Dompet Dhuafa yang menjelma menjadi salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia.

"Intinya, kita tidak mau hanya omong doang, kita ingin ikut menjadi bagian dari perbuatan soleh itu," kata Irfan.

Walau sudah berdiri sendiri, komitmen itu terus dipertahankan sampai hari ini baik oleh Republika maupun Dompet Dhuafa. Harapannya, keduanya senantiasa menjaga sinergi membangun kepedulain dan kesadaran zakat masyarakat Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement