Kamis 19 Apr 2018 03:17 WIB

Buku 'Surabi Pesantren' Launching di IBF 2018

Santri akan terus mengisi peradaban kehidupan sehingga peradaban menjadi gemilang.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Pengunjung mendatangi stan Al-Mawardi di ajang Islamic Book Fair (IBF) 2017 yang digelar di JCC, Jakarta, tahun lalu. IBF 2018 akan digelar di JCC, 18-22 April 2018.
Foto: Irwan Kelana/Republika
Pengunjung mendatangi stan Al-Mawardi di ajang Islamic Book Fair (IBF) 2017 yang digelar di JCC, Jakarta, tahun lalu. IBF 2018 akan digelar di JCC, 18-22 April 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis Buku Surabi Pesantren sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren La Tansa, KH Adrian Mafatihullah Kariem bersama ratusan santrinya menghadiri Islamic Book Fair (IBF) 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. Dalam kesempatan tersebut KH Adrian launcing buku berjudul Surabi Pesantren sekaligus menggelar konser santri.

KH Adrian mengatakan, tidak ada yang tidak mengenal surabi. Surabi merupakan makanan yang sederhana. Surabi bukan jenis makanan yang bisa langsung enak disantap dan lezat dimakan. Surabi akan nikmat dimakan setelah melalui sebuah proses yang begitu panjang.

"Bahkan (pembuatan) surabi harus dipanaskan dengan tungku api sebagaimana hebatnya santri," kata KH Adrian saat Launching Buku Surabi Pesantren di IBF 2018, Jakarta, Rabu (18/4) malam.

Ia menerangkan, para santri selama empat sampai enam tahun ditempa di dalam didikan pondok pesantren. Setelah ditempat di pondok pesantren para santri bertebaran di mana-mana. Santri ada dikancah politik, budaya, sosial dan lain sebagainya.

Ia menegaskan, santri tetap santri, mereka akan terus bisa teruji dalam proses yang begitu panjang. Di pondok pesantren para santri datang dari berbagai macam daerah dan latar belakang keluarga. Mereka datang dari berbagai macam latar kehidupan di rumah.

"Ini merupakan bukti proses yang sangat luar biasa, (santri mau) mandi harus antre, makan antre, masuk kelas antre, semuanya disiapkan dan diuji dengan kurikulum kehidupan," ujarnya.

Menurutnya, siapapun yang bisa dan mampu melewati sebuah proses kurikulum kehidupan di pondok pesantren. Niscaya tidak akan diragukan lagi memiliki mental baja. Santri tidak akan asing meski hidup di negara lain. Sebab santri akan terus mengisi peradaban kehidupan sehingga peradaban menjadi gemilang.

KH Adrian juga menyampaikan, generasi santri dulu minim sarana dan prasarana, generasi santri sekarang memiliki berbagai sarana dan prasarana. Generasi santri sekarang juga memiliki tantangan tersendiri. Tapi santri tetap santri, santri bukan generasi berandalan juga bukan pemuda berandalan.

"Santri merupakan pemuda-pemuda yang kelak menjadi andalan di masa yang akan datang," ujarnya.

Di IBF yang berlangsung pada 18-22 April 2018 tidak hanya ada pameran buku, tetapi ada acara-acara menarik lainnya. Di hari pertama IBF ada Penganugerahan Islamic Book Award 2018, Pengenalan Metode Kauny yakni menghafal Alquran semudah tersenyum, dan bedah buku Personal Social Responsibility bersama Mona Laila Ghanien. Juga ada lomba lantunan Asmaul Husna antara Majlis Ta'lim dan launching buku Surabi Pesantren dan Konser Santri bersama KH Adrian Mafatihullah Kariem.

Pada hari kedua IBF akan ada acara Tabligh Akbar bersama Ustaz Abdul Somad dan jumpa penulis internasional yakni Syeikh Mahmud Al Misri dari Mesir yang menulis Buku Semua Ada Saatnya. Serta akan ada launching Buku Panduan Anti Rokok, talk show novel Islami bersama Hanum Rais dan Achi TM, dan bedah Buku Biarlah Malaikat yang Menjaga Saya; Curahan Hati Novel Baswedan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement