Ahad 15 Apr 2018 08:25 WIB

Kiai Ma'ruf Amin: Negara ini Bukan Hadiah

Seluruh elemen bangsa sepakat untuk mendirikan NKRI yang utuh.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menyatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan melalui perjuangan dan kesepakatan, bukan hadiah.
Foto: kemenag.go.id
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menyatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan melalui perjuangan dan kesepakatan, bukan hadiah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menyatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan melalui perjuangan dan kesepakatan, bukan hadiah.

 

"Indonesia didirikan melalui perjuangan berdarah-darah, bukan hadiah. Negara ini didirikan para pendiri bangsa di atas landasan yang kuat. NKRI didirikan di atas dua pilar, yakni Pancasila dan Pilar Kesepakatan," kata Kiai Ma'ruf saat memberi sambutan pada Silaturahmi Penyuluh Agama Provinsi Jawa Tengah bersama Presiden Republik Indonesia Tahun 2018 di Lapangan Pancasila Simpang Lima Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (14/4)

Pancasila, kata Kiai Ma'ruf, merupakan titik temu di antara elemen bangsa yang semula berbeda keinginan untuk menjadikan negeri ini jadi negara apa. Kemudian disepakati oleh seluruh kelompok.

Landasan kedua, kata KH Ma’ruf, adalah Kesepakatan. Seluruh elemen bangsa sepakat untuk mendirikan NKRI yang utuh dan tertuang dalam Piagam Jakarta. Setelah tujuh kata dalam Piagama Jakarta dihilangkan, lalu menjadi Mukaddimah (Pembukaan) UUD 1945.

"Negara ini harus kita jaga. Indonesia memang bukan negara Islam, tapi juga bukan negara kafir. Bukan pula negara perang. Indonesia adalah negara Kesepakatan, di mana seluruh warga negaranya saling berjanji untuk saling melindungi, membantu dan mengayomi,” tuturnya.

“Jika ada orang terbunuh, dari mereka ada perjanjian untuk hidup berdampingan secara damai, maka harus membayar denda (diyat) untuk kemudian diserahkan kepada keluarganya, walau dia non muslim," imbuhnya.

KH Ma'ruf menambahkan, barangsiapa membunuh non muslim yang ada perjanjian secara damai, maka orang tersebut tidak akan mendapatkan baunya surga. Ketum MUI ini mengapresiasi para penyuluh berbagai agama yang bisa membangun tali silaturahim dengan baik.

"Kita harus senantiasa saling menjaga, karena kita ini majemuk. Kemajemukan kita sangat besar, potensi konflik kita juga sangat besar. Banyak negara dengan jumlah etnis yang tidak besar, dengan jumlah agama yang tidak beragam, tetapi karena tidak mau saling menjaga, mereka hancur,” ucapnya.

“Kita patut bersyukur, ada lembaga-lembaga yang terus mengawal keutuhan bangsa ini. Ada Kemenag yang terus mengawal kerukunan dan keutuhan bangsa. Ada majelis agama, MUI, PGI, KWI, semua mengawal bangsa ini. Ada FKUB dan lain sebagainya. Ada lagi kelompok masyarakat yang konsisten mengawal, ada para penyuluh agama di daerah yang konsisten mengawal. Dari atas hingga bawah, kita semua mengawal Bangsa ini," sambungnya.

Kiai Ma'ruf mengatakan, ada 78 ormas Islam yang meski berbeda, namun bisa hidup rukun dan berdampingan. Dalam acara tersebut, turut hadir, Menag Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Plt. Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement