Rabu 04 Apr 2018 08:19 WIB

MUI: Puisi Sukmawati Benturkan Agama dengan Kearifan Lokal

Puisi tersebut dinilai fenomena seorang Muslim yang kehilangan adab.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ani Nursalikah
Sukmawati Sukarnoputri
Foto: dok. Republika
Sukmawati Sukarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Fahmi Salim menyayangkan puisi Ibu Indonesia yang dibacakan Sukmawati Sukarnoputri. Menurut dia, isi puisi tersebut berbahaya karena menyinggung Muslim yang mayoritas masyarakat di Indonesia.

"Orang yang tidak mengerti, memahami agama dan kemudian berani melecehkan atau  mengomentari serta membenturkan antara ajaran agama dengan kearifan lokal. Ini satu hal yang sangat berbahaya, dapat meresahkan masyarakat. Apalagi menyangkut ajaran yang dianut mayoritas rakyat Indonesia," kata Ustaz Fahmi, pada Republika.co.id, Rabu (4/4).

Ia mengatakan, seharusnya Sukmawati belajar dari kedua orang tuanya, yaitu mantan presiden Sukarno dan Fatmawati. Keduanya adalah Muslim dan menjalankan syariat dengan baik.

"Ibu Fatmawati ini sebagai orang tua atau ibu dari Bu Sukma ini adalah seorang Muslimah yang taat, Muslimah pejuang, Muslimah yang cinta kepada agama dan bangsanya dan beliau menggunakan jilbab, kerudung. Itu adalah pakaian yang syar'i dan wajib bagi perempuan Muslimah," lanjut Fahmi.

Upaya membenturkan ajaran Islam dengan pakaian yang lazim dipakai atau yang biasa dipakai umumnya wanita Indonesia sebelum Islam datang dinilai Fahmi sangat menganggu."Ada upaya nativisasi, upaya untuk menghidupkan budaya-budaya pra-Islam lalu membenturkannya dengan ajaran Islam seolah-seolah Islam itu datang untuk menghancurkan dan menghapus budaya lokal pra-Islam," ujar dia.

Fahmi mengatakan, apa yang disampaikan Sukmawati juga merupakan satu fenomena lost of adab atau kehilangan adab, seorang Muslim yang sudah kehilangan adabnya. Adab yang dimaksud adalah adab kepada Allah SWT, Rasulullah dan ajaran Islam yang mewajibkan jenis pakaian bagi Muslimah.

Lost of adab ini, menurut Fahmi juga suatu problem kontemporer masyarakat modern. Ia menilai fenomena tersebut adalah penampakan dari upaya sekularisasi dan liberasasi agama.

"Jadi saya pribadi sebagai pengurus MUI mengecam keras apa yang diutarakan oleh Sukmawati dan beliau sewajarnya sebagai tokoh minta maaf kepada bangsa Indonesia, kepada umat Muslim terutama atas kehilafannya, keteledorannya," kata Fahmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement