Ahad 01 Apr 2018 20:24 WIB

Wisata Religi Berbasis Masjid Perlu Miliki Daya Tarik

Tiga hal utama yang harus diperhatikan bila menjadikan masjid sebagai basis wisata.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal (P3H) Kementerian Pariwisata RI Riyanto Sofyan menyampaikan pidato sambutan saat menghadiri acara Halal Bin Halal dan kelas Jurnalistik di Hotel Sofyan, Jakarta, Selasa (11/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal (P3H) Kementerian Pariwisata RI Riyanto Sofyan menyampaikan pidato sambutan saat menghadiri acara Halal Bin Halal dan kelas Jurnalistik di Hotel Sofyan, Jakarta, Selasa (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata (P3) Halal dari Kementerian Pariwisata berpandangan, wisata religi berbasis masjid perlu dibuat standar fisik, pelayanan dan manajemennya. Selain itu, perlu memperhatikan kenyamanan, pelayanan dan daya tarik masjid.

Ketua Tim P3 Halal dari Kementerian Pariwisata Riyanto Sofyan mengatakan, bila ingin menjadikan masjid sebagai basis wisata religi atau halal, maka harus diperhatikan kenyamanan, pelayanan, dan daya tarik masjidnya. Misalnya, dibuat kegiatan tabligh dan perlombaan baca Alquran di masjid sebagai daya tarik.

Menurutnya, bisa juga dibuat berbagai kegiatan yang kreatif oleh pengelola masjid sehingga bisa memunculkan daya tarik bagi masjid tersebut. "Contohnya pengelolaan Masjid Jogokariyan (di Yogyakarta) bagus sekali, kalau (bangunan) masjidnya sendiri biasa saja, Masjid Jogokariyan ramai karena kegiatannya," kata kata Riyanto kepada Republika.co.id, Ahad (1/4)

photo
Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Dia menambahkan, untuk menjadikan masjid sebagai basis wisata religi, juga ada tiga hal utama yang harus diperhatikan. Pertama, daya tariknya. Daya tariknya bisa karena sejarah masjid, bangunan atau arsitektur masjid dan kegiatan-kegiatan di masjid tersebut.

Menurut Riyanto, kalau sejarah masjid yang akan ditonjolkan sebagai daya tarik, maka harus ditampilkan bukti sejarah berupa peninggalan-peninggalan dan penjelasan sejarahnya. Kedua, fasilitasnya. Harus diperhatikan wisatawan yang berkunjung ke masjid akan makan dan menginap di mana. Dan ketiga, harus perhatikan akses ke masjid yang akan dijadikan basis wisata religi.

"Ada gak hotel (penginapan) di dekat situ yang ramah Muslim, restoran bersertifikat halal dan lain sebagainya," ujarnya.

Sehingga, kata Riyanto, yang perlu dilakukan, pertama, buat dan tetapkan standar masjid. Seperti standar fisik, pelayanan dan manajemen. Kemudian, perhatikan kenyamanan, pelayanan dan daya tarik masjidnya.

 

Selanjutnya, program pemasaran masjid sebagai basis wisata religi harus bagus. Supaya masjid di Indonesia dapat bersaing dengan masjid yang sudah menjadi destinasi wisata dan terkenal di dunia, sepertiMasjid Putra di Putrajaya, Malaysia dan Masjid Agung Syekh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE).

"Maka untuk mencapai semua itu harus didukung sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya. Dewan Masjid Indonesia (DMI) bisa membantu menciptakan sumberdaya manusia yang kompeten untuk mengelola masjid yang akan dijadikan basis wisata religi. Banyak program-program DMI yang bagus-bagus," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement