Jumat 23 Mar 2018 19:43 WIB

Sambangi PBNU, Haedar: Kunjungan 'Kakak ke Adik Sulung'

Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim membangun Indonesia dengan semangat persatuan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agus Yulianto
Sekjen PBNU Helmy Faishal bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti (dari kiri) foto bersama usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekjen PBNU Helmy Faishal bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti (dari kiri) foto bersama usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir menyebut silaturahminya ke PBNU merupakan kunjungan "kakak ke adik sulung". Selain itu, silaturahmi ini juga bentuk silaturahmi antara Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan.

Haedar mengatakan, Muhammadiyah dan NU memiliki akar sejarah persahabatan yang panjang. Kiai Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah dan Kiai Hasyim Asy'ari sebagai pendiri NU merupakan sahabat dekat.

"Ini kekayaan luar biasa dari tokoh kita. Sejak awal mereka menyatu dalam ke-Indonesia-an untuk perjuangan kemerdekaan," ujar Haedar, di PBNU, Jumat (23/3).

Menurut Haedar, Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim, mereka membangun Indonesia dengan semangat persatuan. Keduanya satu napas jika berkaitan dengan pembangunan Indonesia.

Karenanya, kata Haedar, silaturahmi kali ini bukan sesuatu yang spesial. Sebab, Muhammadiyah dan NU memiliki pemikiran sama tentang Indonesia dan juga bersahabat sejak lama.

Haedar menjelaskan, tentang pertemuan yang berlangsung. Menurutnya, terjadi diskusi tentang keislaman. Keberislaman masyarakat Indonesia terus mengalami proses.

"Kalau kita baca, perekatan, kebersamaan tapi juga kemauan untuk maju. Ini kekuatan kita. Kebersamaan itu karakter Indonesia. Biarpun bermacam-macam golongan, tapi kita Indonesia," kata Haedar.

Haedar juga menyampaikan, bahwa masyarakat harus mempunyai optimisme tinggi tentang masa depan Indonesia. Haedar yakin Indonesia akan tetap utuh.

"Karena bangsa ini bangsa beriman. Maka baik negara maupun komponen bangsa lain tidak boleh menjauhkan diri, bangsa ini beriman dan bertakwa," kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement