Jumat 23 Mar 2018 14:39 WIB

Terima Dubes AS, Muhammadiyah Bahas Isu Perdamaian

Muhammadiyah minta AS agar lebih aktif dalam upaya perdamaian, khususnya di Palestina

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Abdul Mu'ti
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Abdul Mu'ti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Amerika Serikat (AS), Joseph R Donavan berkunjung ke kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jumat (23/3). Joseph diterima langsung oleh ketua umum Muhammadiyah, Haedar Nashir dan pengurus lainnya.

Joseph menyampaikan penghargaannya atas sambutan hangat pengurus Muhammadiyah. Sehingga, diskusi yang berlangsung tertutup itu berjalan dengan lancar dan penuh keakraban.

Joseph mengatakan, kehadirannya dalam rangka meningkatkan toleransi dan hak asasi manusia. Selain itu, Joseph ingin adanya peningkatan isu-isu kemoderatan.

"Kami mendiskusikan betapa pentingnya nilai-nilai tersebut tidak hanya di Indonesia tapi juga di Amerika," ujar Joseph, usai pertemuan.

Sekretaris Jenderal Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menuturkan, banyak hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut baik perkembangan di Indonesia maupun di Timur Tengah. Termasuk pembahasan tentang kasus etnis Rohingya, Myanmar.

Dalam pertemuan tersebut, kata Mu'ti, Muhammadiyah meminta AS agar lebih aktif dalam upaya perdamaian, khususnya di Palestina. Duta Besar AS, menurut dia, menyampaikan komitmennya mendukung perjuangan bangsa Palestina dan mengusulkan kembali solusi dua negara.

"Untuk program-program perdamaian Timur Tengah tentu Muhammadiyah menawarkan dan atas usulan dari duta besar Amerika perlu ada beasiswa bagi mahasiswa atau siswa dari Afghanistan atau Timur Tengah untuk belajar di Indonesia di kampus maupun di sekolah-sekolah atau pesantren Muhammadiyah," kata Mu'ti.

Muhammadiyah pun menyatakan kesiapannya untuk menerima siswa atau mahasiswa dari Timur Tengah untuk belajar di lembaga pendidikan milik Muhammadiyah. Apalagi, Muhammadiyah sudah mempunyai contoh sukses dengan Thailand Selatan dan Filipina Selatan.

Kemudian terkait persoalan di Myanmar, Muhammadiyah juga mengusulkan agar AS lebih aktif menekan pemerintah Myanmar agar menghentikan pembersihan terhadap etnis Rohingya. Pasalnya, Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa hanya tekanan dari dunia Internasional yang bisa mengubah sikap Myanmar.

"Dan beliau (Dubes) menyampaikan memang persoalan di Rohingya memang rumit dan memang tragedi kemanusiaan yang harus diakhiri," tuturnya.

Namun, hal yang mendesak harus dilakukan yaitu mencarikan solusi jangka pendek terhadap pengungsi yang tersebar di beberapa negara. Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, lanjut Mu'ti, juga terkait upaya peningkatan kerja sama Muhammadiyah dibidang kesehatan dengan lembaga-lembaga AS, khususnya kesehatan anak.

Oleh sebab itu, Muhammadiyah mengusulkan, agar AS memberikan beasiswa kepada dosen Muhammadiyah untuk menyelesaikan program master atau doktor di AS. Selain itu, Muhammadiyah mengusulkan adanya pertukaran guru dan short course untuk belajar bahasa Inggris, kurikulum dan metode pembelajaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement