Kamis 22 Mar 2018 15:10 WIB

Marbut Masjid Al Hurriyah Jadi Lulusan Terbaik IPB

Ikhsan masuk melalui jalur Bidikmisi.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
Ikhsan Suhendro, dinobatkan sebagai lulusan terbaik Fakultas Peternakan IPB.
Foto: Dok.IPB
Ikhsan Suhendro, dinobatkan sebagai lulusan terbaik Fakultas Peternakan IPB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upacara wisuda tahap VI Program Sarjana, Profesi Dokter Hewan, dan Pascasarjana tahun akademik 2017/2018 diselenggarakan di Graha Widya Wisuda, kampus IPB, Dramaga, Bogor, hari ini (21/3). Pada Wisuda tersebut, Ikhsan Suhendro dinobatkan sebagai lulusan terbaik Fakultas Peternakan IPB.

“IPB adalah kampus prestatif dan merakyat karena banyak merekrut putra daerah dari pelosok Indonesia. Terutama juga karena IPB memiliki banyak program beasiswa. Ini merupakan hal yang penting, karena ekonomi keluarga saya yang tidak memungkinkan untuk kuliah, apalagi sampai ke luar pulau,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima, Kamis (22/3).

Dalam penuturannya, Ikhsan memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan kuliah, meskipun banyak persoalan yang dihadapinya saat itu. Meskipun sadar ekonomi tidak memungkinkan, semangat tidak boleh padam. Cerita harus berlanjut, mimpi harus terajut. Maka, pada setiap hari sepulang sekolah, Ikhsan selalu belajar dengan giat, terutama mempelajari soal-soal Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dari kawan-kawannya yang mengikuti les belajar.

“Syukur Alhamdulillah, ya Allah saya dapat lulus seleksi masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau jalur undangan. Tapi perjalanan tidak terhenti sampai di situ karena ternyata orang tua belum setuju kalau harus kuliah di luar daerah, karena ekonomi yang tidak memungkinkan. Tapi saya mencoba meyakinkan orang tua kalau saya sudah mendaftar Bidikmisi. 'Insya Allah pasti lulus, Bu,' kata saya saat itu pada ibu,” ujarnya.

 

Satu nasehat ibunya waktu itu adalah agar Ikhsan menjadi orang yang prihatin. “Kamu harus hemat-hemat, jangan kebawa temen yang boros, le,” katanya.

Ikhsan dan keluarga sangat bersyukur dengan sistem penerimaan mahasiswa baru di IPB. Sebab, pada tingkat pertama, para mahasiswa tinggal di asrama yang biayanya terbilang murah.

Putra kelahiran Lampung, 12 Desember 1994 ini mengatakan, mahasiswa itu punya tiga pilihan, sambil menunjukan jarinya, yaitu akademik, organisasi, dan istirahat. Namun, dari tiga pilhan itu, hanya bisa memilih dua. Yang dua akan didapatkan dengan baik, tetapi yang satu tentu harus dikorbankan.

No problem, no pain no gain, karena istirahat sesungguhnya adalah ketika sudah mati,” ujarnya. Untuk memenuhi hasratnya berorganisasi, Ikhsan memilih mendaftar sebagai marbut Masjid Al Hurriyyah di kampus IPB, Dramaga.  Alasannya adalah selain menjadi wadah pengembangan bakat dan pengembanan amanah, Ikhsan mendapatkan mes atau asrama gratis.

“Tanpa pikir panjang langsung mendaftar. Singkat cerita akhirnya lolos dan diterima menjadi marbut Masjid Al Hurriyyah. Alhamdulillah. Hal yang menjadi pembeda dari menjadi marbut di maskam (masjid kampus) IPB dibanding maskam lain adalah kepengurusan kelembagaan masjid dan tim pembersih yang sudah ada orangnya dan sudah tersusun rapih. Sehingga, tugas kami sebagai marbut adalah menjadi panitia di hari besar agama Islam, pemakmur masjid, pengelola kajian rutin, dan pengembangan bakat diri,” ujarnya.

Saat menjadi marbut, rutinitas sehari-hari Ikhsan shalat Tahajud sebelum shalat Subuh, dilanjutkan syura (musyawarah), lalu mengikuti kajian rutin di Aula Masjid Al Hurriyyah sebelum berangkat kuliah.

“Manfaat lainnya adalah shalat berjamaah saya terjaga dan ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang kuat hingga sekarang,” ujarnya.

Ikhsan selalu memegang nasehat salah satu ustaznya bahwa sebagai aktivis dakwah, kita harus berprestasi agar dakwah kita didengar. Jika belajar adalah ibadah maka berprestasi adalah dakwah.

Ia sempat merasa keteteran dalam membagi waktu, apalagi saat itu (semester 6) Ikhsan memiliki empat organisasi sekaligus, tiga diantaranya menjadi ketua. Namun, karena sering berdisuksi dengan teman seperjuangan, Ikhsan menemukan pola yang mendukungnya untuk bisa berorganisasi dan berprestasi.

“Ternyata pola hidup juga memengaruhi daya tangkap saat di kelas. Misalnya saja, ternyata tidur pagi dan sore itu dapat menghilangkan hafalan dan belajar di malam hari sebelum tidur ternyata mampu menguatkan hafalan dan daya analisa. Yang terpenting, kerahkan 100 persen saat di kelas, selalu memperhatikan dosen, dan siapkan pertanyaan bila kurang jelas,” ujarnya.

Selama masa perkuliahan, Ikhsan menjadi bagian dari marbut Masjid Al Hurriyyah 2014-2017. Dia aktif di berbagai bidang keorganisasian kampus, di antaranya, Birena 2013-2017 hingga menjadi Ketua Hubungan Luar dan Multimedia pada tahun 2016, Divisi Kewirausahaan Himaproter 2015, Ketua Reporter Majalah Emulsi 2015-2016, dan Ketua Kajian Strategis dan Aksi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan 2016.

Beberapa prestasi yang dicapai selama menempuh pendidikan di IPB adalah memperoleh juara 1 Debat Fakultas Peternakan IPB 2014, juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah di Universitas Pendidikan Ganesha (Bali) 2015, dan menjadi juara 1 dalam kompetisi Lomba Karya Tulis Ilmiah di Universitas Padjadjaran 2016.

”Setelah lulus, saya ingin menjadi seorang profesional perunggasan (poultryman) dan penulis aktif di majalah nasional. Saat ini saya bekerja di perusahaan perunggasan multinasional, PT Japfa Comfeed Indonesia, sebagai Management Trainee Supervisor,” ujar peraih IPK 3,71 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement