Kamis 22 Mar 2018 06:53 WIB

Ini Harapan PGI untuk Penyelesaian Menara Masjid di Papua

Masalah menara masjid dinilai dapat diselesaikan dengan kearifan lokal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Muslimah Papua tengah melaksanakan shalat berjamaah di Islamic Center Al Aqsa, Walesi, Jayawijaya, Papua, Jumat (25/9).
Foto: ROL/Agung Sasongko
Muslimah Papua tengah melaksanakan shalat berjamaah di Islamic Center Al Aqsa, Walesi, Jayawijaya, Papua, Jumat (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Albertus Patty berharap dialog maupun rapat yang dilakukan di kalangan masyarakat Sentani, Jayapura, Papua, berlangsung dengan baik. Ia meyakini persoalan menara masjid yang ditolak warga setempat bisa diselesaikan dengan kearifan lokal di sana.

"Ya kan dialog yang dilakukan bagus dan kita harapkan berlangsung dengan baik. Tapi sebetulnya mereka juga sudah biasa menyelesaikan segala sesuatu dengan baik-baik. Mereka punya kedewasaan dan kematangan sendiri," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (21/3).

Albertus mengatakan, pihaknya sudah mengecek ke masyarakat di Sentani. Masyarakat di sana mengatakan, persoalan tersebut adalah hal biasa yang  bisa diselesaikan kearilan lokal setempat. "Iya kami sudah ngecek ke sana, di sana bilang enggak ada apa-apa, 'di sini kita selesaikan sendiri secara adat', kira-kira gitu ya," ujarnya.

 

Baca juga, Lima Sikap MUI Papua Terkait Tuntutan Gereja.

 

"Kita punya local wisdom yang bisa menyelesaikan ini sendiri. Ngapain Jakarta ngikut. Ini gara-gara ada yang iseng sampai mem-blow-up-nya sampai ke nasional yang lainnya ikut, padahal enggak ada apa-apa di sana," kata Albertus menambahkan.

Karena itu, penulisan surat terkait menara masjid itu juga hal wajar. Surat ini untuk meminta tanggapan dari orang-orang yang juga tinggal berpuluh-puluh tahun di sana.

"Kan biasa-biasa saja kalau orang boleh nulis surat lalu di sana gimana nanggepin-nya, nanggepin juga oleh orang-orang yang tinggal di sana puluhan tahun juga. Jadi, ya biasa-biasa saja," kata Albertus.

Bahkan, lanjut Albertus, masyarakat setempat terkejut polemik menara masjid di daerahnya sampai ke Jakarta. "Mereka kaget ngapain sampai ke Jakarta segala macam, 'kita kan itu urusan kita di sini yang bisa diselesaikan dengan cara dialog dan local wisdom, ya'," kata Albertus meniru percakapannya dengan masyarakt di sana.

Sebelumnya, terdapat sikap dari Persekutuan Gereja-Gereja di Kabupaten Jayapura (PGGJ) yang menolak dibangunnya menara Masjid Al-Aqsa, Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Papua, karena lebih tinggi dari gereja dan bangunan di sekitarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement