Sabtu 17 Mar 2018 20:37 WIB

Soal Madrasah Amil, PBNU: Inovasi Baru Harus Dilahirkan

amil lebih didorong oleh kewajiban beragama dalam hal mengembangkan keadilan.

Madrasah amil yang digagas NU Care-Lazisnu NU.
Foto: Istimewa
Madrasah amil yang digagas NU Care-Lazisnu NU.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wasekjen PBNU Suwadi D Pranoto mengingatkan inovasi baru harus dilahirkan oleh setiap generasi, karena zaman adalah milik generasi.

“Pada diversifikasi produk, kegiatan, konvergensi, atau pandangan yang mengarah, pakai cara apa saja, yang penting ketemu bahwa itulah LAZISNU. Inilah pentingnya promosi, posisi, silaturahim. Gagasan itu penting, bagaimana chasing atau tampilannya bisa mempesona. Harus aktual, up to date,” ungkapnya saat memberikan sambutan menjelang pembukaan Madrasah Amil dan Launching Website Nucare.id di Tamansari, Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/3) malam.

Mengenai website Nucare.id sebagai salah satu bentuk sosialisasi NU Care-LAZISNU yang pada  malam itu diluncurkan, Wasekjen mengatakan harus tetap ada bentuk pertemuan atau silaturahim secara langsung antara NU Care-LAZISNU dengan pihak-pihak yang terkait.

Menurutnya saat ini terdapat tantangan baru, yakni adanya teknologi internet yang tidak dijumpai 30-40 tahun lalu. Di sinilah diperlukan cara-cara yang dikombinasikan, tetapi tetap dengan semangat bagaimana dapat bermanfaat bagi banyak orang.

“Cara menyosialisaikan berbeda dengan yang dulu. Perbaruan terjadi terus menerus, karena generasi memiliki tantangannya sendiri," ujarnya.

Ia mengatakan ujung amil tidak semata-mata kedermawanan. Lebih dari itu amil harus ada sisi-sisi keadilan.

“Filantropi lebih didorong oleh semangat kedermawanan dari orang-orang pemilik kapital, sementara amil lebih didorong oleh kewajiban beragama dalam hal mengembangkan pesan-pesan keadilan,” paparnya.

Ia menyebut pencapaian kedermawanan dan keadilan dari para ulama-ulama terdahulu yang mencontohkannya dengan cara-cara yang bijak, santun, dan praktis dalam menggerakkan partisipasi umat dan masyarakat langsung.

Ia mengatakan dalam segitiga pendidikan, ada tiga hal yang melibatkan yaitu kognisi, afeksi dan psikomotor.

“Sekarang ini kita sering kali melakukan sesuaatu dengan lebih dulu menguarai sisi kognisi sampai praktiknya tidak jalan-jalan. (Tetapi) di pesantren kognisi didapat karena psikomotor; pengalaman didapatkan setelah menjalankan,” papar pria yang sewaktu muda adalah aktivis IPNU, PMII, dan GP Ansor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement