Sabtu 17 Feb 2018 19:05 WIB

Isu Kepulangan Habib Rizieq Dianggap Sarat Kepentingan

Aliran dana kelompok yang memainkan isu kepulangan Habib Rizieq diminta ditelusuri.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu pendiri Presidium Alumni 212, Faizal Assegaf.
Foto: Republika/Muhyiddin
Salah satu pendiri Presidium Alumni 212, Faizal Assegaf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pendiri Presidium Alumni 212 Faizal Assegaf meragukan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab akan pulang ke Tanah Air pada 21 Februari. Menurut dia, isu kepulangan Rizieq hanya merupakan isu yang dimainkan kelompok-kelompok berkepentingan.

"Terkait isu datang tidak datang ini untuk mengais keuntungan politik dan keuntungan finansial," ujar Faisal saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema 'Isu Kedatangan Habib Rizieq dan Potensi Gaduh di Tahun Politik' di Jakarta, Selasa (17/2).

Karena itu, menurut Faizal, aliran dana yang mengalir pada kelompok-kelompok yang memainkan isu kedatangan Rizieq ini perlu ditelusuri. Ia pun mencurigai ketua panitia penjemputan Rizieq Shihab, Eggy Sudjana. "Kalau semangat Bung Eggy DKK mengatakan datang, mobilisasi, jutaan orang ke bandara, yang perlu dicek itu aliran dana sebenarnya dari semua yang berteriak itu," ucapnya.

Faizal khawatir ada penerimaan-penerimaan terselubung di balik isu penyambutan Rizieq Shihab dari Arab Saudi. Pasalnya, isu ini memang sempat digulirkan beberapa kali namun tak pernah terealisasi.

"Saya khawatir semakin berteriak itu ada penerimaan-penerimaan terselubung karena ini masuk wilayah komoditi," katanya.

Sebelumnya Habib Rizieq diisukan akan pulang ke Indonesia pada Selasa (21/2) mendatang dan akan disambut baik para jamaahnya. Ketua Panitia Penjemputan Muhammad Rizieq Shihab, Eggy Sudjana kemudian menegaskan tiket kepulangan imam besar FPI Habib itu dari Arab Saudi adalah bohong alias hoax.

"Ada beredar foto tiket boarding pass, setelah kita mengatakan itu hoax, Eggy Sudjana mengatakan juga itu hoax. Jadi dia yang menyebarkan, dia yang membantah," ungkapnya.

"Kelompok-kelompok yang bersuara begitu kencang di ruang publik lewat media sudah dapat dipastikan semakin tidak waras," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement