Rabu 14 Feb 2018 10:32 WIB

Santri Pesantren Mbah Moen Belajar Tangani Berita Dusta

Santri harus mampu memanfaatkan teknologi yang sangat maju.

Rep: Erdu Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Pelatihan yang diikuti sekitar 150 santri dari berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah ini dilaksanakan di auditorium Mathla’ul Anwar, Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, pada Selasa - Rabu, (13-14/2).
Foto: istimewa
Pelatihan yang diikuti sekitar 150 santri dari berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah ini dilaksanakan di auditorium Mathla’ul Anwar, Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, pada Selasa - Rabu, (13-14/2).

REPUBLIKA.CO.ID,REMBANG -- Santri Pondok Pesantren al Anwar Sarang, Rembang, mencoba menangani maraknya berita dusta di internet. Melalui workshop tentang "Penguasaan dan Pembuatan Konten Media," mereka belajar mengantisipasi penyebaran berita yang meresahkan itu.

Pelatihan yang diikuti sekitar 150 santri dari berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah ini dilaksanakan di auditorium Mathla’ul Anwar, Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, pada Selasa - Rabu, (13-14/2).

KH. Muhammad Idror Maimun dalam sambutan pembukaannya menyatakan, bahwa santri harus mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia teknologi. “Kita harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi yang sangat maju untuk kemaslahatan kita bersama,” kata pria yang biasa disapa Gus Idror.

Putra KH. Maimoen Zubair ini menjelaskan, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan konten-konten islami yang ramah dan menyejukkan dalam dunia digital. Santri harus mampu berdakwah tidak hanya di dunia nyata, melainakan juga penting melaksanakan dakwah di dunia maya.

Dia berharap, kegiatan ini mampu menimbulkan ghirah santri untuk terus aktif menulis konten-konten antihoax di dunia internet. 

Anis Maftuhin menyatakan, santri kita jangan terus menerus ketinggalan dengan mereka yang lebih dulu aktif di dunia digital. “Hal positif dan unik dalam dunia pesantren harus kita sebarkan ke medsos. Biar mereka mengenal keunikan dunia pesantren,” kata pengasuh pesantren Wali ini.

Anis mengakui, konten-konten yang kini menyebar di dunia maya minim karya-karya santri. Akibatnya, masyarakat terkadang kesulitan mencari konten-konten islami yang sesuai kitab kuning. 

“Coba kita membuat video tentang tayammum yang sesuai dengan taqrib, misalnya. Kita unggah ke media sosial,” tambah Anis.

Hal ini, lanjut Anis, adalah untuk mengisi konten-konten positif di dunia daring. Lebih dari itu, santri menjadi eksis tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. 

Beberapa materi yang dibedah dalam workshop ini antara lain Understanding Social Media, How to Creat Inspiring Video For Your Social Media Business, Social Media Ethic, dan How to Optimize Your Creatif For Mobile.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement