Sabtu 10 Feb 2018 13:27 WIB

Bandung, Juara Bangkitkan Masjid dari 'Mati Surinya'

Pemkot Bandung meluncurkan masjid pertama yang berdakwah dengan memanfaatkan digital.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
H M Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung.
Foto: Istimewa
H M Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada zaman Nabi Muhammad SAW, keberadaan masjid tak hanya menjadi tempat beribadah rutin. Namun, masjid menjadi tempat peradaban. Semua aktivitas umat Muslim, pada waktu itu berawal dan terpusat dari masjid. Tak hanya aktivitas ekonomi, bahkan hingga menyusun strategi perang.

Namun, di Indonesia khususnya di Bandung, jutaan masjid di bangun. Di Bandung, misalnya, jumlah masjid di kota yang dikenal Paris Van Java ini mencapai 4.000 masjid. Namun, kalau ditarik lima tahun ke belakang, kondisi masjid cukup memperihatinkan.

 

Itu ditunjukan dengan aktivitas masjid yang seperti 'mati suri'. Setiap shalat fardhu, hanya terlihat beberapa baris saja yang shalat. Apalagi, kalau shalat Subuh, satu baris jamaah saja sudah bagus. Di beberapa masjid, terkadang satu baris pun tak terpenuhi.

 

Usai magrib, banyak masjid di Bandung yang mulai sepi dengan suara anak-anak mengaji. Padahal, di era 80-an, suara riuh anak mengaji menjadi pemandangan khas di setiap masjid. Namun, beberapa tahun ke belakang, kondisi itu jarang bisa ditemui. Ya, jangankan menjadi pusat ekonomi umat, menjadi pusat ibadah saja, masjid hanya ramai pada shalat fardhu tertentu dan hari besar keagamaan.

Melihat kondisi ini, Pemkot Bandung pun membuat program yang intinya menghidupkan aktivitas masjid di Kota Bandung. Sehingga, masjid di Kota Bandung bisa bangkit dari tidur panjangnya.

Menurut Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, pada 2016, dia mulai menggagas program masjid mengaji. Program ini, bisa berjalan sukses tak terlepas dari peran guru mengaji. Sejak peluncurannya setahun yang lalu, kini program magrib mengaji telah dilaksanakan di ribuan masjid. Yakni, dari sekitar 4.000 masjid di Kota Bandung yang sudah melaksanakan program ini sebanyak 3.802 masjid di 30 kecamatan.

"Setiap hari seusai shalat Magrib, anak-anak usia sekolah dianjurkan untuk mengaji ke masjid dengan bimbingan para guru mengaji," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Oleh karena itu, kata Emil, Pemkot Bandung tahun 2017 menganggarkan Rp 6 miliar untuk pemberian insentif pada guru ngaji. Setiap guru, mendapatkan Rp 250 ribu per bulan. Dana insentif tersebut, langsung ditransfer melalui bank ke rekening para guru tersebut setiap bulan.

Emil berharap, adanya insentif para guru bisa lebih semangat dalam memberikan pengajaran akidah. Serta, nilai-nilai religius kepada para peserta magrib mengaji sehingga  anak-anak di Kota Bandung menjadi generasi qurani yang berakhlak mulia.

“Orang tua akan reugreug, tenang, bahagia. Bahagia bahwa generasi berikut akan lebih baik daripada generasi orang tuanya,” katanya.

Tak hanya menghidupkan magrib mengaji dan shalat Subuh berjamaah. Sebagai Smart City, Pemkot Bandung ingin masjid pun melek teknologi. Oleh karena itu, Pemkot Bandung meluncurkan masjid pertama yang berdakwah dengan memanfaatkan digital. Salah satunya, menggunakan Alquran digital yang bisa memberikan manfaat dalam hal keagamaan. Masjid pertama peluncuran dakwah digital tersebut, bertempat di Masjid Tawakal 2, Jl Karasak Kecamatan Astana Anyar, Kamis (20/7).

"Dakwah digital ini, akan mendigitalisasi dakwah Islam. Salah satunya, diterjemahkan PT Telkom dengan menyumbangkan satu perangkat digital," kata Emil.

Menurut Emil, PT Telkom menyumbangkan layar berbentuk TV LCD, berupa TV LCD 40 inc, note book, speaker aktif, Software Alquran digital dan mic wireless. Sehingga, dalam ceramah dan mengajinya bisa interaktif. Selain itu, bisa menggunakan video, google, melihat sejarah Islam, foto dan sebagainya.

"Ini bisa mengakselerasi yang biasanya hanya berupa papan tulis dan kertas. Sehingga, diharapkan dakwah islam bisa lebih cepat," katanya.

photo
Anak-anak tuna netra mencoba membaca Alquran digital indek braille yang baru didapatkannya, dari Yayasan Baitul Al Khairiyah bekerjasama dengan Kuwait Internasional Bank Al Dawli via International Islamic Charitable Organization, di Bandung (ilustrasi)

Emil menilai, hari ini, dakwah digital menjadi penting karena agama islam harus mengikuti zaman. Karena, berdasarkan hasil survei warga Kota Bandung memegang HP 3 jam sehari. "Pertanyaannya, apa aja yang dilakukan selama tiga jam setiap hari itu. Bagaimana dengan shalat dan wiridnya?" katanya.

Emil khawatir, waktu masyarakat tersebut habis untuk megang HP. Padahal, belum tahu isinya nanti mudarat atau apa. Emil berharap, Di antara waktu yang tiga jam itu bisa menambah pengetahuan keislaman. Karena, masyarakat Kota Bandung memiliki HP hampir 100 persen jadi kalau dakwahnya pindah ke gadget itu konsep yangbaik. "Makanya, Pemkot Bandung menyiapkan dakwah digital," kata

Emil pun optimistis, dengan program yang dimiliki pemkot Bandung yaitu Maghrib Mengaji, Alquran digital tersebut memberikan manfaat dan membantu dalam hal membaca Alquran maupun kegiatan keagamaan seperti dakwah, foto keislaman, maupun video-video sejarah Islam.

Emil mengatakan,  Alquran digital pun memberikan manfaat yaitu cara membuat bisa lebih interaktif. Karena, kita bisa membacanya lebih paham, ada artinya dan lantunan seperti apa.

"Sehingga kita bisa mengikuti sesuai arahan. Selain itu kita bisa mengakses video sejarah Islam, foto foto dan cara berdakwah," katanya.

Emil berharap, dakwah digital Islam bisa lebih cepat dikembangkan, sehingga dunia digital ini khususnya di Kota Bandung bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. "Jadi kalau sekarang media dakwahnya pindah ke gadget itu menjadi sebuah konsep masa kini yang baik. Sehingga dakwah menjadi relevan," katanya.

Deputi Marketing Executive Vice President PT Telkom Regional III, Mohamad Khamdan, PT Telkom mendukung program Pemkot Bandung magrib mengaji. Ia berharap, dengan teknologi bisa membantu dan semakin menghidupkan program magrib mengaji ini di masyarakat. "Kami kan memang perusahaan yang berkecimpung di teknologi," katanya.

Umat mandiri ekonomi

Selain itu, Pemkot Bandung pun ingin menghidupkan perekonomian umat Islam di Bandung dengan membangun ekonomi berbasis masjid. Pemkot Bandung,  bersama Majelis Ulama Islam (MUI) Kota Bandung meluncurkan Kredit Mesra (Masjid Sejahtera) melalui Bank BPR, di Masjid Al Ukhuwwah, Jalan Wastukencana, pada Agustus 2017 lalu.  Menurut Emil, kredit Mesra ini akan disalurkan melalui koperasi yang berada di seluruh masjid di Kota Bandung.

photo
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memberikan sambutan pada acara peringatan 1 Muharam 1438 H bertajuk pemberdayaan masjid. (Ilustrasi)

Emil mengatakan, program ini dibuat karena Pemkot Bandung ingin menjalankan syariat Islam bukan hanya sebatas ibadah. Tetapi, meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk menyejahterakan umat. Kredit Mesra merupakan salah satu inovasi yang diberikan kepada masyarakat Bandung untuk kesejahteraan.

"Program ini terinspirasi dari Rasul, di mana masjid dijadikan sebagai tempat kebangkitan umat dalam sosial dan ekonomi," katanya.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bandung melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung meluncurkan Kredit Mesra (Mesjid Sejahtera) yang bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia.  Kredit ini, hanya akan diberikan kepada warga jamaah masjid dengan persetujuan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). "Syaratnya hanya satu, yakni harus mau berusaha," katanya.

Emil berharap, dengan inovasi ini, semua muslim di Kota Bandung bisa lebih mandiri secara ekonomi dan juga baik secara akhlak. "Jika program ini sukses, warga kita tidak hanya soleh dan solehah tetapi juga sejahtera,"katanya.

Secara administratif, kata dia, jamaah yang bisa mengajukan kredit usaha adalah mereka yang terdaftar di koperasi masjid. Jika warga telah mendapatkan kredit, pengurus koperasi dan DKM akan membimbing dalam memanfaatkan dananya agar usahanya maju dan akhlaknya mulia.

"Yang kita ingin bangun tidak hanya ekonominya, tidak hanya diberi kredit, tapi juga dibina akhlaknya," katanya.

Emil berharap, melalui kredit Mesra, ia bisa menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Melalui masjid, pemerintah kota dan MUI Kota Bandung ingin mendekatkan lembaga finansial ke masyarakat.

“Ini bukan hibah bansos tapi adalah kredit untuk  berusaha yang diharapkan meningkatkan kesejahteraan warga di sekitar masjid,” katanya.

Menurut Emil, Mesra tak hanya memberikan pinjaman modal, tapi pihak masjid juga akan memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap peminjam. MUI Kota Bandung akan bertugas sebagai pengawas dan pembina koperasi di masjid-masjid. Saat ini, ada 27 koperasi berbasis masjid yang tersebar di seluruh wilayah di 19 kecamatan.

Pengajuan Kredit Mesra ini juga, kata dia, tergolong mudah. Warga hanya perlu menyerahkan foto kopi KTP, kartu keluarga, surat nikah (bagi yang sudah menikah), surat persetujuan pasangan (bagi yang sudah menikah), pas foto pemohon, foto usaha, dan rekomendasi dari koperasi syariah. Rekomendasi tersebut bertujuan agar penerima kredit ini dipastikan adalah jamaah masjid yang taat.

Tak hanya kredit perorangan, kredit juga bisa diajukan secara berkelompok dengan plafond pinjaman sebesar Rp 500 ribu - Rp2, 5 juta per orang, disesuaikan dengan hasil analisa PD. BPR Kota Bandung. Dengan suku bunga 0 persen, jangka waktu 12 bulan, dan tanpa agunan, kredit ini diharapkan tidak akan memberatkan warga.

Selain mendorong masjid untuk menyosialisasikan kepada jamaahnya, PD BPR Kota Bandung juga telah menyiapkan petugas untuk mencari nasabah dengan sistem ‘jemput bola’. Saat peluncuran dilakukan, ada 8 tim mobile yang siap terjun ke lapangan menawarkan kredit kesejahteraan ini kepada warga yang membutuhkan. Mereka adalah tim senior BPR Kota Bandung yang sudah berpengalaman.

Emil berharap, seluruh tim Kredit Mesra, baik dari pemerintah kota, MUI, DKM, maupun PD BPR Kota Bandung dapat menyukseskan program ini untuk kemaslahatan masyarakat. Kelak, ia berharap bisa mereduksi angka kemiskinan di Kota Bandung dengan peluang ini.

“Diharapkan para ketua DKM yang jumlah masjidnya ada 4.000 bisa proaktif mengentaskan kemiskinan dengan cara-cara syariah, dengan cara yang baik sehingga masjid menjadi simbol kebangkitan, tidak hanya sebagai tempat ibadah," katanya.

Menurut Emil, tujuan Indonesia membangun adalah untuk menghadirkan rasa keadilan dan kemakmuran. Jadi, negeri ini harus adil dan makmur karena saat ini masih banyak ketidakadilan dan masih jauh dari kemakmuran.

Oleh karena itu, kata dia, tugas dirinya sebagai pemimpin adalah menghadirkan program-program yang bisa mendekatkan bangsa Indonesia pada keadilan dan kemakmuran. Bahkan, Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie mengingatkan, jika Indonesia mau selamat dan mau hebat maka harus memiliki dua nilai dalam memimpin. Yakni, nilai pertama memimpin dengan Imtaq (iman dan taqwa) dan kedua memimpin negeri ini dengan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).

"Nasehat Pak Habibie ini lah yang kami terapkan hari ini bagaimana pemimpin Kota Bandung harus dekat dengan ulama masjid membawa rakyatnya dekat dengan Allah subhanahu wa ta'ala. Di sisi lain, masalah duniawi harus dibereskan dengan ilmu pengetahuan," katanya.

Salah seorang warga Jalan Cibangkong Kecamatan Batununggal Kota Bandung, Vinie Nuryasari (32 tahun) mengatakan, sangat mendukung berbagai program yang dibuat oleh Pemkot Bandung dalam menghidupkan berbagai aktivitas di masjid. Namun, dia berharap, program yang ada bisa terus dijalankan jangan hanya sesaat. Sehingga, manfaatnya bisa dirasakan oleh semua masyarakat.

Dia juga berharap, semua program bisa disosialisasikan ke masyarakat paling bawah. Misalnya, untuk kredit Mesra jangan sampai yang menikmatinya hanya pengurus masjid saja akibat ketidaktahuan masyarakat.

"Harusnya, program Kredit Mesra ini, bisa benar-benar membantu pedagang kecil yang berjualan untuk menambah modalnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement