Kamis 08 Feb 2018 09:29 WIB

UMM Bahas Alquran dalam Konteks Sejarah

Pada mulanya agama Islam mengalami proses yang sangat panjang

Rep: Wilda fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Alquran
Foto: muslimdaily.net
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mencoba semakin memperdalam pengetahuan Islam melaluiThe Heritage Seminar yang bertajuk The Origins of Islam & the Context of Quran di Ruang Sidang Senat UMM. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (7/2) ini dilaksanakan olehPusat Studi Agama dan Multikulturalisme (PUSAM) UMM.

Dalam seminar kali ini PUSAM UMM membahas tentang Alquran dalam konteks sejarahnya. Kemudian juga membahas analisa pemikiran para pevisionis serta teori hermeneutika dan aplikasinya dalam Alquran. Pembahasan ini dibawakan oleh mahasiswa S3 Pendidikan Agama Islam UMM serta direktur Equal Access International, Robert Pope, dosen dari Notre Dame University, USA, Prof. Munim Sirry serta pengajar bidang Biblika di Seminari Al Kitab Asia Tenggara, Malang, Ferry Y. Mamahit.

Robert Pope dalam pengantar seminar mengulas desertasinya yang berjudul Menemukan Kembali Islam Inklusif: sebuah Riset Naratif terhadap Usman Ibrahim. Ia menyampaikan, sebenarnya setiap agama seperti kotak-kotak yang memiliki aturan dan kepercayaan sendiri. Namun, uniknya kotak-kotak tersebut saling terkoneksi satu sama lain.

"Ada yang bilang pada jaman Nabi Muhammad agama Islam diaplikasikan dengan sangat eksklusif padahal tidak demikian," ujar mahasiswa asal Australia ini melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (8/2).

Di sisi lain, Prof. Munim Sirry menjelaskan, Alquran dalam konteks sejarahnya. Menurutnya, umat Islam harus menyadari pada mulanya agama Islam mengalami proses yang sangat panjang hingga seperti sekarang ini. Hal inilah yang ia sebut Memanusiakan Agama.

"Tidak hanya Islam, semua agama terbentuk menjadi sebuah institusi agama juga jauh setelah para founding fathers nya meninggal dunia," ungkapnya.

Di akhir, pemateri ketiga Ferry Y. Mamahit menjelaskan tentang teks dalam kitab suci. Menurut dia, teks secara umum berfungsi sebagai sebuah dokumen atau tulisan yang di dalamnya dapat melestarikan sebuah pesan. Hal ini karena di dalam teks sendiri terdapat konsep, gagasan, ideologi, teologi, dan informasi baik itu informasi sejarah, budaya, maupun sosial.

Meskipun dikatakan hanya sebagai dokumen, kitab suci tetap bersifat sakral karena di dalamnya terdapat tradisi agama abrahamic (Islam, Yahudi, dan Kristen.red) teks ini bersumber dari Allah atau Yahve dalam bahasa Ibrani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement