Jumat 02 Feb 2018 13:16 WIB

Ketum Parmusi: Kita Buktikan Siapa yang Intoleran

Kegiatannya untuk letakkan batu pertama pembangunan TPA Parmusi di Malaka Barat, NTT.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Pengurus Pusat Persaudaraan Muslimin Indonesia (PP PARMUSI), Usamah Hisyam saat melakukan pernyataan sikap terhadap aksi kampanye LGBT di Jakarta, Jumat (19/2). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Umum Pengurus Pusat Persaudaraan Muslimin Indonesia (PP PARMUSI), Usamah Hisyam saat melakukan pernyataan sikap terhadap aksi kampanye LGBT di Jakarta, Jumat (19/2). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) H Usamah Hisyam menegaskan, kunjungannya ke Malaka Jumat (2/2), akan tetap dilaksanakan. Meskipun, Keuskupan Attambua Paroki ST Yohannes Baptista Besikama mengancam akan memblokir Kota Malaka dengan 5.000 massa umat Katolik.

"Saya akan temui Keuskupan Yohannes dan massa umat Katolik untuk berdialog. Kita buktikan siapa yang intoleran. Insya Allah, Keuskupan setempat akan berubah pikiran untuk mengizinkan kunjungan saya," ujar Usamah dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Jakarta, Jumat (2/1).

Usamah dan 16 orang rombongannya akan take off ke Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dini hari ini untuk transfer pesawat ke Attambua Jumat pagi dan melanjutkan perjalanan darat ke Malaka. Ayah empat anak ini bersikukuh untuk tetap menuju Malaka.

Karena, menurut Usamah, kegiatannya untuk meletakkan batu pertama pembangunan TPA (Taman Pendidikan Alquran) Parmusi di Malaka Barat akan dilakukan di lingkungan umat Islam, dan tidak akan mengganggu kehidupan antarumat beragama setempat.

"Malaka itu bagian dari NKRI. Kita ini negara Pancasila, di mana kehidupan beragama di wilayah mana pun dijamin oleh undang-undang," tandas Usamah.

Ia meyakini, para tokoh umat Katolik setempat akan tercerahkan setelah nanti berdialog dengannya. Sesama anak bangsa, kata Usamah, harus saling menghargai dan menghormati untuk membangun harmoni.

"Islam itu, mengajarkan ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama umat), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama anak manusia). Jadi, meskipun agama kita berbeda, kita tidak perlu saling bermusuhan," ujar Usamah.

Ketika ditanya, bagaimana bila nanti aparat Kepolisian tetap melarangnya berkunjung ke Malaka, Usamah mengatakan, sebagai aparatur hukum yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat. Usamah meminta, justru pihak kepolisian harus dapat menjadi mediator bagi dialog yang diharapkan.

"Insya Allah, saya akan hadapi 5.000 massa umat Katolik untuk berdialog. Doakan saja semua lancar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement