Selasa 30 Jan 2018 15:59 WIB

Menag: Islam, Agama, dan Indonesia adalah Satu Kesatuan

KUMM ini membahas nilai-nilai akhlak politik kebangsaan, termasuk poltik uang.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Menag Lukman Hakim Saifuddin
Foto: dok. Kemenag.go.id
Menag Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyebut, beragama itu hakikatnya berindonesia. Sebagai warga Indonesia, maka harus menjunjung tinggi, menghormati dan mengamalkan nilai agama.

"Berislam itu ya Indonesia, sebagaimana berindonesia bagi seorang Muslim adalah berislam itu sendiri. Antara Islam, agama, dan Indonesia adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan," ujarnya di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (30/1).

Karena itu, menurut Lukman, ke depan tidak boleh lagi ada orang Indonesia yang mengabaikan agama, apapun agama yang dipeluknya. "Kami di Kemenag terus berupaya menyadarkan setiap warga negara bahwa beragama pada hakikatnya adalah berindonesia dan berindonesia itu pada hakikatnya adalah beragama," ujar Lukman.

Dalam sambutan di Kongres Ulama Muda Muhammadiyah (KUMM), Lukman kembali menyerukan moderasi Islam. Kongres tersebut dihadiri ratusan ulama muda yang merupakan pengajar di berbagai pondok pesantren Muhammadiyah di Indonesia.

Menurutnya, kongres ini adalah sesuatu yang penting untuk menjaga moderasi agama dan bagaimana pengamalan beragama hakikatnya juga berindonesia. Moderasi agama inilah yang senantiasa dijaga oleh pendahulu atau sering disebut Ahlussunah waljamaah. Moderasi Islam itu berada di tengah atau tidak ekstrim.

"Kita semua berkewajiban untuk menjaga dan mengawal moderasi Islam. Ahlul Hadis dan Ahlul Rayi tidak perlu diperhadapkan dan dibenturkan. Belakangan ini kita merasakan ada pihak-pihak tertentu yang membenturkan ahlul hadis dan ahlul rayi. Jadi saya tegaskan hal ini bukanlah untuk dibenturkan," kata Menag.

Menag juga memberikan apresiasi kepada pemuda Muhammadiyah yang telah menginisiasi kongres ulama muda. Kegiatan ini sangat strategis dan merupakan terobosan positif bagaimana ulama muda untuk berkumpul dan melakukan kajian mendalam terkait isu aktual dalam kontek kehidupan berbangsa.

Tampak hadir, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjutak, Ketua Majelis Tablig Muhammadiyah, Faturahman Kamal dan intelektual Muhammadiyah Fahmi Salim. "Secara pribadi sangat memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pemuda Muhammadiyah," kata Menag.

Kongres Ulama Muda Muhammadiyah yang berlangsung hingga 31 Januari 2018 ini akan membahas nilai-nilai akhlak politik kebangsaan, yakni nilai Tauhid, Ubudiyah, Maslahat, dan Dakwah. Termasuk membahas politik uang, berita bohong, sumberdaya alam, dan nasionalisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement