Senin 29 Jan 2018 12:32 WIB

Dirut Inalum: Kepemilikan Saham Freeport Kompleks

Banyak pihak terlibat dalam operasional Freeport termasuk Rio Tinto.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Sebuah truk pengangkut biji tambang beraktivitas di areal pertambangan Grasberg PT Freeport, Mimika, Papua.
Foto: Antara/Wahyu Putro
Sebuah truk pengangkut biji tambang beraktivitas di areal pertambangan Grasberg PT Freeport, Mimika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Budi Gunawan Sadikin mengakui negosiasi yang dilakukan pemerintah dengan Freeport saat ini masih berlangsung. Menurutnya, negosiasi masih harus dilakukan sebab ternyata struktur saham dan kepemilikan atas PT Freeport Indonesia cukup kompleks.

Kompleksitas tersebut, kata Budi, dikarenakan PT Freeport berdiri bukan hanya dari Freeport McMoran. Ada banyak pihak yang turut membangun Freeport seperti Rio Tinto. Hal ini membuat negosiasi tak hanya melibatkan Freeport tetapi juga dengan pihak lain.

"Realitas kondisi kepemilikan saham PTFI itu cukup kompleks. Karena keterkaitan dengan pihak lain. Kalau ambil 51 persen kita harus libatkan pihak lain," ujar Budi di Gedung DPR RI, Senin (29/1).

Budi menjelaskan saat ini pemerintah dan Inalum sedang melakukan komunikasi dengan pihak tersebut. Tak hanya soal wacana untuk mengambil Participating Interest Rio Tinto tetapi juga soal bagaimana skema divestasi ke depan dengan melibatkan banyak unsur seperti itu. "Kalau ambil 51 persen kita harus libatkan pihak lain. Kalau nggak kan, nggak bisa tercapai target seperti itu," ujar Budi.

Namun, Budi memastikan bahwa holding tambang akan tetap berusaha merealisasikan divestasi saham Freeport ini. Tenggat waktu yang diberikan oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan akan direalisasikan. "Pak Jonan kan kasih target Juni. Ya kami selaku pelaksana tugas akan berusaha semaksimal mungkin. Doakan ya," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement