Ahad 28 Jan 2018 06:06 WIB

Menguak Misteri Laut

70 Persen dari bumi adalah lautan.

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi gelombang pasang air laut.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi gelombang pasang air laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski ditemukan pertama kali di kalangan bangsa Quraisy yang tidak mengenal dunia kemaritiman, Alquran membahas masalah laut dalam berbagai sighat(bentuk).

Bumi disebut sebagai Planet Biru bukan tanpa sebab.Pla net yang sudah mulai tua ini memiliki lebih dari 70 persen wilayah lautan. Tak heran jika bumi kita akan tampak berwarna biru jika dilihat dari angkasa.

Menjelang abad ke-19, para pelaut dan ilmuwan mulai sadar bahwa begitu banyak misteri bawah laut yang belum mereka ketahui. Upaya Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk memetakan semua garis pantai bumi pada pertengahan abad ke-19 membuka mata mereka betapa dalam laut itu.

Untuk membuktikannya, Kerajaan Inggris merencanakan ekspedisi memba- hayakan dengan kapal HMS Challengers pada 1872. Kapal ini dimodifikasi untuk penelitian. Kapal pun dilengkapi dengan laboratorium kimia dan alam.

Kapal ini dipimpin Kapten George Nares. Di dalam the Challenger, ada para pene liti dan ahli botani dari Inggris Raya. Semua kru dan petugas berjumlah 247 orang. Mereka bekerja di bawah pengawasan Charles Wyvelle Thomson dari Universitas Edinburgh. Ketika kembali, mereka hanya tersisa 144 orang. Banyak di antara kru kapal yang meninggal dunia, berpisah di perjalanan hingga melakukan desersi dalam tugas.

Kapal mulai berlayar pada 21 Desember 1872 dari Portsmouth, Inggris. Pada Januari 1873, kapal sempat singgah di Lisabon dan Gibraltar. Kapal kemudian berla- yar ke Kepulauan Kanari, Medeira, hingga Bermuda. Kapal juga berputar ke arah selatan menuju Salvador di Brasil. The Challenger melanjutkan petualangannya hingg ke Melbourne, Australia, Selandia Baru, dan daerah pasifik, seperti Kepulau an Tonga dan Fiji.

The Challenger juga singgah ke Cina dan Hong Kong sampai ke Kepulauan Arafuru dan Papua Nugini. Kapal ini juga menyinggahi wilayah nusantara, seperti Laut Banda, Kepulauan Ambon hingga Ternate.

Kapal lantas bergerak ke utara hingga melintasi Sulawesi menuju Filipina. Tempat terakhir the Challenger melabuhkan sauhnya sampai di Kepulauan Carolina dan Mariana. Kapal pun sampai di Pelabuhan Yoko hama, Jepang, pada April 1875.

Setelah singgah di ratusan tempat di selu ruh bumi, kru Challenger menghasilkan temuan dari 360 stasiun pengamat. Mereka mengukur kedalaman, temperatur di kedalaman berbeda, mengamati cuaca dan kondisi laut, mengumpulkan biota laut. Mereka menggunakan alat keruk dan pukat untuk mengumpulkan biota laut.

Alat keruk itu menggali di dasar laut. Lebih dari 4.000 spesies yang tidak dikenal sa at itu ditemukan dalam ekspedisi ini. John Murray, supervisor publikasi hasil riset the Challenger bahkan menggam- barkan laporan tersebut menjadi temuan ilmu pengetahuan terbesar di bumi kita sejak abad ke-15 dan ke-16.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement