Selasa 09 Jan 2018 07:51 WIB
Belajar Kitab

Mimpi Bertemu Allah

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Kata 'Allah' (Ilustrasi)
Kata 'Allah' (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Banyak tokoh yang dikenal mahir mengartikan mimpi dan menghasilkan karya monumental, salah satunya adalah Ibnu Sirin, seorang tokoh yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Sirin al-Anshari. Dalam kitabnya berjudul Bi At-Ta’bir Ar-Ru’ya, ia memaparkan hal ihwal yang berkenaan dengan mimpi.

Di bagian utama kitab ini, penulis yang lahir pada 33 H itu mengutarakan tafsir bagi mereka yang melihat Allah dalam mimpi. Bila bermimpi melihat Allah dengan penuh kebahagiaan, kondisi yang sama akan ia rasakan saat berjumpa Allah kelak di akhirat. Bermimpi bertemu dengan Allah dan diberikan perhiasan dunia, ia akan mendapatkan cobaan berupa sakit atau ujian lainnya.

Jika bersabar, ia akan masuk surga. Sedangkan apabila bermimpi melihat Allah turun di sebuah lokasi, tempat tersebut akan diberkahi. Ibnu Sirin pun menegaskan, jenis mimpi semacam ini hanya akan dialami oleh orang-orang saleh. Selain mereka, mustahil terjadi. “Bila hanya berupa bentuk atau khayalan, ia telah berdusta dan berbid’ah ria,” tulisnya.

 

Sementara itu, bila ada yang bermimpi bertemu malaikat, ia akan memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan di antara warga lainnya. Sedangkan bila mimpi melihat malaikat sedang berada di masjid, itu pertanda warga setempat harus memperbanyak doa, sedekah, dan istigfar.

Demikian halnya bila mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam mimpi bisa diartikan sebagai tanda datangnya kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat, sepanjang wajah Nabi yang ia lihat berseri-seri. Bila sebaliknya, yaitu melihatnya dengan kondisi yang kurang berkenan, seperti marah, bisa bermakna akan mendapat kesusahan. Sedangkan melihat para nabi selain Muhammad, bisa diartikan dengan keberkahan yang melimpah.

Bagaimana bila seseorang bermimpi melihat Ka’bah? Dalam buku ini dijelaskan, bermimpi melihat Ka’bah ada beberapa kondisi. Di antaranya, ketika melihat Ka’bah, bangunan fisiknya berubah baik berkurang atau bertambah maka ada kait annya dengan pemimpin umat Islam. Seperti apakah pengejewantahan dalam faktanya? Semua itu ditentukan dengan kondisi Ka’bah yang dilihat. Artinya, keadaan pemimpin tersebut akan baik bila Ka’bah tetap bagus. Begitu juga sebaliknya, tokoh umat yang diidolakan pada kondisi kurang laik jika Ka’bah yang ia temui di mimpi, kondisinya tak utuh. Sedangkan bila ia melihat Ka’bah lalu melaksanakan manasik, misalnya thawaf, berarti kualitas spiritual dan keagamaannya akan meningkat.

Ibnu Sirin juga memaparkan arti dari alam semesta dan fenomena-fenomena yang terjadi sehari-hari di mimpi. Hujan, misalnya diartikan dengan pertolongan dan rahmat. Mendung tebal yang menyelimuti daerah tertentu diartikan turunnya bencana di kawasan tersebut. Lain halnya, bila langit cerah dan tidak ada mendung sama sekali, bisa diartikan dengan munculnya kebijaksanaan, ilmu, dan rahmat, tak lain ialah agama Islam. Apalagi, sampai bermimpi mengumpulkan awan cerah yang tercecer di langit. Ini pertanda bagus, akan datang padanya perkara yang agung.

Ibnu Sirin juga membahas takwil seputar kematian yang terlintas dalam mimpi. Mimpi meninggal bisa diartikan kerusakan dalam agama seseorang sekalipun ada kemuliaan di dunia. Ini bisa terjadi bila kematiannya itu disertai dengan tangisan dan rintihan serta ditandu di atas pundak laki-laki dan belum dikubur. Bila sudah dikubur, maknanya berbeda lagi. Kematian dalam mimpi setelah dikubur dengan kondisi yang sama dengan opsi di atas, tak lagi tersisa sisi kebaikan dalam agamanya. Setan dan nafsu duniawi telah menguasainya. Ia pun akan menjadi pengikut setia makhluk yang dilaknat Allah tersebut. Sedangkan bila meninggal begitu saja tanpa ada pemandangan kematian apa pun seperti disebutkan tadi, hal ini merupakan pertanda kerusakan bangunan fisik rumah seseorang. Bisa berupa dinding keropos ataupun atap runtuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement