Rabu 03 Jan 2018 18:45 WIB
Belajar Kitab

Modal Berhijrah

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Hijrah
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hijrah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ibnu Qayyim Al Jayuziyyah menulis sebuah risalah tentang seluk-beluk ‘berhijrah menuju Allah’, yang berjudul Zad al- Muhajiratau lebih dikenal dengan Ar Risalah At Tabukiyyah.

Dibutuhkan kecerdasan dan kepekaan seorang hamba. Berbuat baik kepada sesama manusia, hanya bisa dilakukan dengan menempatkan diri secara proporsional. Bertakwa kepada Allah, tak ada kata lain kecuali dilakukan dengan penuh keikhlasan, cinta, dan pengorbanan.

Dan, titik tersebut menjadi fondasi dasar untuk sebuah misi besar, hijrah menuju ridha Allah melalui hijrah kepada Allah dan Rasulnya. Menurut Ibnu Qayyim yang merupakan murid fanatik ulama abad ke-8 Hijriah, Ibnu Taimiyyah, prosesi hijrah adalah kewajiban bagi setiap hamba, kapan dan di manapun ia berada. 

Bobot kewajiban keduanya, sama-sama kuat dan tidak bisa di pisahkan. Maksud hijrah di sini, tak sekadar hijrah dalam arti bahasa dan tradisi yang berlaku di masyarakat, yaitu pindah secara fisik dari satu tempat ke lokasi lain. Melainkan, hijrah kepada Allah dan Rasulnya yang berarti memalingkan dan memusatkan hati kepada Dzat Maha Esa dan Rasulullah. “Inilah hakikat makna berhijrah,” tulis Ibnu Qayyim. 

Ia pun menggarisbawahi bahwa kata hijrah telah direduksi oleh se bagian kalangan dengan memaknai nya sebatas pada hijrah dari negara non-Muslim menuju daerah Muslim serta hijrah kembali ke Mak kah pascapenaklukan kota suci tersebut. 

Hijrah semacam ini, ia sebut sebagai hijrah temporal dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan jiwa dan pribadi seseorang sepanjang hidupnya. Hijrah kepada Allah dan Rasul yang menjadi kewajiban selama hayat di kandung badan. Dan, hijrah seperti ini tak bisa direkayasa dan dimanipulasi seseorang. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement