Ahad 31 Dec 2017 06:17 WIB

Tahun Baru Momentum Tingkatkan Takwa

Penari saman menghibur tamu dan pengunjung sebelum Ustad Yusuf Mansur memberikan ceramah sebagai pembuka acara Festival Republik di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Jumat (29/12).
Foto: Republika/Prayogi
Penari saman menghibur tamu dan pengunjung sebelum Ustad Yusuf Mansur memberikan ceramah sebagai pembuka acara Festival Republik di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Jumat (29/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun baru harus menjadi momentum perubahan bagi setiap Muslim. Jika tidak disertai komitmen untuk berubah, momentum itu akan sama saja dengan hari-hari biasa lainnya.

"Dalam ajaran Islam, perubahan yang sesungguhnya adalah untuk meningkatkan ketakwaan," kata Ustaz Hendy Irawan Saleh dalam kajian Islami akhir tahun di Masjid Agung at-Tin, Jakarta, Sabtu (30/12).

Untuk itu, kata dia, setiap manusia perlu mengubah pola pikir dari kebiasaan lama yang cenderung kurang baik. Ustaz Hendy pun lantas mengutip surah asy-Syura ayat 30 yang artinya, "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."

"Artinya, kebanyakan musibah itu akibat perbuatan kita sendiri. Menurut kami, ini bisa menjadi ayat motivasi. Mari mengubah pola pikir agar bisa ikhtiar menjadi lebih baik," ujar Ustaz Hendy.

Dengan menyadari diri yang penuh kekurangan, lanjut konselor PPPA Daarul Quran ini, maka tidak ada jalan selain bertobat kepada Allah. "Bersihkan diri kita dengan bertobat. Insya Allah, Allah selanjutnya memberikan petunjuk kepada kita. Ketakwaan menjadi bertambah," kata dia.

Dalam bahasa Arab, ujar Ustaz Hendy, kata takwa terdiri atas empat huruf, yakni ta, qaf, waw, dan ya. Empat huruf itu pun dapat menjadi singkatan mengenai tahapan-tahapan dalam memperbaiki diri.

Huruf pertama menunjukkan tawadhu, yakni sikap rendah diri. Inilah prasyarat bagi seorang yang beriman yaitu untuk introspeksi diri, agar segala yang menjauhkan diri dari Allah tidak lagi terulang pada tahun-tahun mendatang.

Huruf kedua untuk qanaah, yaitu sikap lapang dada. Dengan tidak menyalahkan siapa pun kecuali diri sendiri, hati akan lebih terbuka untuk mendengarkan nasihat. Huruf ketiga untuk wara, yakni kehati-hatian terhadap kenikmatan dunia. Orang yang wara akan berusaha hidup sederhana, yakni menjauhi yang haram dan tidak berlebihan dalam konsumsi.

Selain itu, seorang Muslim yang mencapai tahap ini menyukai bersedekah, baik di kala lapang maupun seadanya. "Tidak terlalu memikirkan dunia. Memikirkan (urusan dunia), iya, tetapi seperlunya saja," papar Ustaz Hendy.

Pada akhirnya, seorang Muslim yang telah melewati tahap itu akan mencapai titik keyakinan. Imannya kepada Allah kian kokoh. Inilah yakin sebagai makna dari huruf ya pada kata takwa. "Semua ini memerlukan riyadhah (melatih diri). Karena itu, di kami Daarul Quran ada namanya Pesantren Riyadhah," ujar Ustaz Hendy.

Kajian Islami akhir tahun merupakan salah satu rangkaian acara Festival Republik yang digelar Republika di Masjid Agung at-Tin sejak Jumat (29/12). Puncaknya, akan digelar Dzikir Nasional untuk mengisi pergantian tahun pada 31 Desember malam.

Pada malam puncak, sejumlah tokoh direncanakan hadir. Di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ustaz Haedar Nasir, KH Salahuddin Wahid, dan Arifin Ilham. Selama tiga hari, rangkaian Festival Republik juga ikut dimeriahkan dengan berbagai acara, seperti talkshow, donor darah, pameran, hingga bazar murah.

Dalam pelatihan Rahasia Kesuksesan dan Kekayaan, Direktur Paytren Academy Cipto Utomo mengatakan, banyak orang yang berusaha untuk menjadi sukses, baik dalam bisnisnya maupun kehidupan sehari-hari. Namun, meski telah berusaha sekeras mungkin, yang diusahakan belum juga tercapai.

Menurut dia, ada beberapa hal yang menyebabkan itu. Salah satunya adalah umat yang masih dekat dengan dosa meski itu dosa kecil. Sebab, Allah akan memberikan petunjuk kepada hambanya yang sedang berusaha. Namun, petunjuk itu akan terhalang jika dalam kehidupan sehari-hari masih melakukan hal dosa.

"Kebiasaan tidak baik itu, (yang) mengandung dosa-dosa membuat jauh dari kita mendapatkan petunjuk Allah," kata Cipto.

Memang, kata dia, terkadang ada kejadian ketika seorang Muslim telah melakukan usaha tetapi tetap belum mendapatkan petunjuk, misalnya pengusaha yang bisnisnya belum juga mengalami kemajuan meski telah beribadah umrah.

Menurut dia, itu bisa juga terjadi karena kita terkadang melakukan dosa secara tidak sadar yang membuat petunjuk itu terhalang. Salah satu penyebab lainnya adalah syirik atau menyekutukan Allah.

"Contoh, kita kadang-kadang punya idola, saking ngefan, pokoknya, ‘Saya hidup-mati karena dia.’ Hal-hal semacam ini perlu kita lepas dalam hati, pikiran kita. Harus Allah dulu, Allah lagi, Allah terus," katanya.

Donor darah

Pada hari kedua Festival Republik, ratusan masyarakat terlihat antusias mengikuti donor darah. Dibuka pukul 12.00 WIB, masyarakat dengan sabar mengantre giliran untuk mendonorkan darahnya.

Yulianto, salah satu pendonor, mengaku rutin mendonorkan darahnya. Kali ini merupakan yang ke-39 kalinya. \"Saya rutin biasanya di PLN Duren 3," ujar dia di sela-sela donor, Sabtu.

Warga Kalibata itu mengaku mendonorkan darah untuk kesehatan tubuh. Begitu mengetahui //Republika// menggelar kegiatan ini, dia pun langsung menuju Masjid Agung at-Tin. Dia juga bersyukur karena belum merasakan keluhan apa pun tentang kesehatannya sejauh ini.

Gina, warga Bambu Apus yang ikut menjadi peserta, mengaku baru dua kali mendonorkan darah. Dengan berdonor, dia ingin kesehatannya tetap terjaga.

Dia mengaku mengetahui kegiatan ini dari grup pesan keluarga. Dia pun kemudian berangkat bersama sang suami. Sayangnya, suaminya dinyatakan belum bisa mendonorkan darah oleh petugas karena belum memenuhi syarat.

(mg01/rahmat fajar Pengolah: mansyur faqih).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement