Jumat 29 Dec 2017 06:15 WIB

Habib Bin Zaid, Sang Pembawa Pesan Rasulullah

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Zaid bin Asim dan istrinya, Ummu Ammarah, menjalani kehidupan yang bahagia. Keduanya memiliki anak bernama Habib. Ketiga orang ini kelak dikenal sebagai pembela Islam yang gigih.Mereka pergi ke Makkah untuk bersyahadat, mengakui keesaan Allah dan Muhammad sebagai utusan Ilahi.

Ikrar itu disampaikan di Agabah dalam kegelapan malam. Habib yang masih kecil mengulurkan tangan kecilnya dan berjanji setia kepada Rasulullah. Habib harus melaksanakan apa yang diperintahkan dan diarahkan sang Nabi.

Setelah berislam, Habib belum mengikuti Perang Badar, karena masih terlalu muda.Dia juga tidak memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam Pertempuran Uhud karena dianggap belum berkompeten memegang senjata.

Meski demikian, Habib selalu mengamati berbagai tantangan yang dihadapi umat Islam.

Harta dan takhta selalu didermakan untuk kepentingan Islam. Bahkan nyawa dikorbankan demi tegaknya risalah Ilahiyah yang mengarahkan manusia kepada kebenaran.

Tantangan tersebut menjadi pelajaran berharga bagi dirinya dalam berislam. Habib menilai, berjuang demi Islam memang harus total, tidak setengah hati. Bukan hanya harta, tapi nyawa pun harus dikorbankan demi tegaknya Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement