Ahad 24 Dec 2017 17:45 WIB

Penyelamat dari Siksa Kubur

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Kuburan (ilustrasi)
Foto: ksacc.com
Kuburan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hanya, ternyata siksa kubur pun berlaku bagi Muslim. Ath-Thahawy menyebutkan, dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW bersabda, seorang hamba dari hamba-hamba Allah diperintahkan disiksa dikuburnya dengan 100 deraan. Dia terus memohon kepada Allah dan berdoa kepada-Nya hingga deraan itu hanya sekali saja. Kuburnya pun dipenuhi dengan api.

Ketika dia terbebas dari siksaannya dan sadar, dia bertanya, Mengapa kalian menjatuhkan hukuman dera kepadaku? Para malaikat menjawab, Karena engkau shalat tanpa bersuci terlebih dahulu dan engkau melewati orang yang dizalimi dan engkau tidak menolongnya.

Dalam riwayat lain yang tertulis pada HR Bukhari dan Muslim bersumber dari Ibnu Abbas disebutkan, Nabi SAW melewati dua kuburan. Dia pun bersabda, Sesungguhnya dua orang yang dikubur ini benar-benar disiksa. Keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Yang seorang (disiksa)karena tidak membersihkan setelah buang air kecil. Satunya lagi (disiksa) karena menyebarkan adu domba.

Nabi SAW pun meminta pelepah daun kurma yang belum kering dan membelahnya menjadi dua. Dia bersabda, Siapa tahu pelepah daun ini meringankan siksa keduanya selagi ia belum mengering.

Sungguh dahsyat siksa kubur itu sampai-sampai hewan bisa mendengar orang yang sedang disiksa. Ibnu Qayyim menulis bahwa sebagian ulama berkata, beberapa kelompok orang di Mesir dan Syam pergi membawa hewan ternak mereka ke kuburan orang Yahudi, Nasrani, dan orang munafik saat hewan-hewannya mengalami sakit perut. Jika kuda itu mendengar siksa kubur, ia akan meringkik karena merasakan panas. Sakit perutnya pun bisa sembuh.

Ibnu Qayyim al-Jauziy menjelaskan, penyelamat dari siksa kubur adalah jika seseorang duduk barang sejenak sebelum tidur malam lalu menghisab dirinya mengenai apa kerugian dan keuntungan pada hari itu. Dia lalu memperbarui tobat yang sebenar-benarnya antara dirinya dan Allah. Dia pun tidur dalam keadaan taubat.

Dia berjanji tidak akan mengulangi dosa yang diperbuatnya jika kembali bangun pada keesokan harinya. Menurut Ibnu Qayyim, rutinitas ini hendaknya dilakukan setiap malam. Jika dia mati pada malam itu, dia wafat dalam keadaan bertobat. Jika bangun, dia siap untuk bekerja dengan senang hati karena ajalnya belum tiba. Dia masih mempunyai kesempatan untuk menghadap kepada Allah dan melakukan apa yang belum dilakukannya.

Menurut Ibnu Qayyim, ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Salman RA.

Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, `Menyiapkan tali selama sehari semalam lebih baik daripada puasa sebulan beserta shalat malamnya. Jika dia meninggal, maka dia diberi balasan atas amal yang dilakukannya. Diberi pahala berupa rezekinya dan dia selamat dari ujian (kubur).'

Dalam hadis lainnya yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzy dari Fudhalah bin Ubaid, Rasulullah SAW bersabda, Setiap orang yang meninggal disudahi berdasarkan amalnya, kecuali orang yang meninggal dalam keadaan mempersiapkan tali kudanya di jalan Allah. Sesungguhnya amalnya ditumbuhkan baginya hingga hari kiamat dan dia selamat dari ujian kubur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement