Sabtu 23 Dec 2017 06:15 WIB
Belajar Kitab

Manfaat dan Bahaya Air

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Minum air putih (ilustrasi).
Foto: Republika/Amin Madani
Minum air putih (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu karya berharga tentang ilmu nutrisi adalah kitab yang dikarang oleh Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya Ar-Razi bertajuk Manafi' Al Ughdziyah wa Daf'u Madlaruha

Di antara bahasan penting yang diuraikan oleh Ar-Razi pada bagian pertama kitabnya adalah manfaat dan bahaya di balik air minum.

Air minum mempunyai manfaat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut Ar-Razi, air berfungsi mengatur suhu tubuh, membantu pencernaan dan proses kimia tubuh, membuang kotoran, melancarkan persendian, dan menyalurkan nutrisi ke sel-sel tubuh.

Dalam pandangannya, air dapat menaikkan simpanan glikogen, suatu bentuk dari karbohidrat yang tersimpan dalam otot dan digunakan sebagai energi. Bahkan, menurut Ar-Razi, tubuh manusia bisa bertahan tanpa makanan, tetapi sulit eksis jika tidak ditopang dengan air.

Menurut dia, kekurangan asupan air dari kadar yang wajar dibutuhkan tubuh akan menimbulkan ketidakseimbangan kinerja elemen yang ada di tubuh manusia. Menurut Ar-Razi,  jika tubuh tidak memperoleh asupan air yang cukup, bisa memicu beberapa kondisi negatif, seperti nafsu turun, pandangan melemah, mudah pikun, dan mempercepat penuaan.

Ar-Razi mengingatkan, tidak selamanya air segar memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Tetapi, justru bisa juga membahayakan tubuh. Dari segi kuantitas, misalnya, apabila air diminum dalam jumlah melampaui batas kewajaran—hingga membuat lambung penuh—akan menghambat pernapasan dan bisa memicu muntah.

Jika hal itu terjadi,  maka bisa berakibat pada sakit perut dan dikhawatirkan berakibat pada kematian seseorang. Memang diakui, papar Ar-Razi ada seribu alasan seseorang meminum air putih melampaui batas kelayakan. Bisa jadi karena rasa haus yang sangat dan adakalanya sebab mencari rasa nikmat belaka.

Terkait ini, Ar-Razi mempunya tips tersendiri. Jika memang meminum air putih lantaran haus, yang perlu diperhatikan apakah rasa haus tersebut karena faktor eksternal seperti kelelahan, memakan makanan manis, pedas atau panas. Maka, kalau demikian, hendaknya menghindari hal-hal tersebut atau tidak mengulangi mengonsumsi makanan yang sama.

Tetapi, jika memang tidak ada alasan eksternal yang menuntut meminum air berlebihan, lebih baik menghilangkan bahaya dan risikonya. Caranya, muntahkah segera isi perut agar air yang semula telah diminum agar keluar kembali.

Menurut Ar-Razi, kalaupun tidak semuanya paling tidak cukup sebagiannya. Jika air sudah dimuntahkan semua dan tinggal makanan yang tersisa, berhentilah memuntahkan minuman. Soal haus yang muncul pascamuntah itu adalah risiko. Karena itu, bersabarlah beberapa saat.

Agar lebih efektif lagi, jika perlu, segeralah berbaring dan tidur. Konsumsi apa pun mestinya dilakukan sesuai batas normal dan tatkala diperlukan,” tulis Ar-Razi. Sedangkan, bahaya mengonsumsi air dari caranya bisa terjadi dalam beberapa kasus,  seperti apabila seseorang mencari kenikmatan dari air dingin, tetapi sangat pragmatis dan mengabaikan kesehatan.

Meminum air dingin dengan suhu yang berlebihan tanpa disesuaikan dengan batas yang layak diminum, kata Ar-Razi,  akan memperlambat pencernaan. Sekali saja mengendap, maka bereaksi dengan asam akan merusak dan diserap usus lebih cepat daripada makanan padat. Dan akan membatasi usus.

Segera setelah itu, akan menimbun menjadi lemak. Jika lemak mengendap dan tertimbun di dalam tubuh, papar dia, bisa memicu berbagai penyakit seperti jantung. Karena itulah, menurut Ar-Razi, sebaiknya menghindari meminum air dingin yang terlampau dingin.

Jika tak bisa, hendaknya mengurangi suhu dingin tersebut dengan batas yang tidak berlebih. Demikian halnya dengan meminum air minum yang panas. Apabila meminum air putih, sebaiknya memulakan dengan meminum dari bagian yang terdingin dan seterusnya.

Hal itu untuk menghindari kerusakan pencernaan yang akan mengganggu metabolisme dalam tubuh. Selain itu, Ar-Razi juga mengingatkan agar tak meminum air berbarengan dengan mengonsumsi makanan atau ketika makanannya masih dalam kondisi panas. Lebih baik, kata dia, jika minum air dilakukan setelah makanan agar intisari makanan dapat diserap terlebih dahulu oleh tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement