Ahad 17 Dec 2017 08:46 WIB
Sebarkan 'Obor' Syiar Islam di Daerah Terpencil dan Pedalaman

Lintasi Gelap Hutan, Santri Ini Berjalan Puluhan Kilometer

Dakwah Islam di pedalaman (Ilustrasi)
Foto: Dok AFKN
Dakwah Islam di pedalaman (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pagi itu, puluhan santri Pondok Pesantren Subulussalam Sayurmaincat Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, terlihat berkemas mempersiapkan bawaannya. Ada yang mempersiapkan bekal, dan ada juga yang mempersiapkan alat-alat nasyid serta peralatan lainnya.

Usut punya usut, rupanya mereka akan berangkat melakukan aktivitas dakwah ke desa Gunungtua Simandolam yang merupakan desa tertinggal dan terpencil. Jarak tempuhnya cukupjauh, sekitar 10 km dari Pusat Pasar Kotanopan. Hebat dan semangatnya lagi, puluhan santri itu menempuhnya dengan berjalan kaki, padahal kondisi jalan yang mereka lalu sangatlah berat.

Namun, rintangan berat seperti itu memang sering mereka lakukan saat hari-hari besar Islam. Misalnya, Maulid Nabi SAW, Israk Mi’raj, penyambutan bulan ramadhan, dan juga kegiatan hari besar Islam dan nasional lainnya. Tak ada keluh kesah di antara mereka, yang ada hanyalah keceriaan untuk bisa menyampaikan  syiar Islam bagi masyarakatnya yang membutuhkan.

Seperti bulan ini bulan Rabiul Awal, puluhan orang santri Ponpes Subulussalam Sayuaincat ini dengan ditemani beberapa gurunya mengadakan aktivitas dakwah ke desa–desa tertinggal di daerah Mandailing Julu. Yakni, mulai dari Kecamatan Kotanopan, Ulu Pungkut, Muarasipongi, Pakantan dan sekitarnya. Biasanya kegiatan dakwah ini di ikuti sekitar 30-40 orang santri dengan beberapa orang guru setiap berangkat

Aktivitas dakwah ini, sengaja di lakukan untuk membangun silaturrahmi antara santri dengan warga desa  yang dituju. Selain itu, untuk melatih santri dan santriah agar terbiasa tampil di depan umum. Dalam kegiatan ini semua pengisi acara, mulai dari pembawa acara, membaca Alquran, saritilawah, puisi, pidato, nasyid serta drama, semua  dilakoni para Santri.

Hal ini disampaikan Kepala Madrasah Aliyah Subulussalam Esmin Pulungan SAg didampingi Humas Kemenag Mandailing Natal Armen Rahmad Hasibuan, belum lama ini.

Esmin Pulungan mengatakan, acara dakwah ke kampung-kampung ini merupakan rutinitas yang setiap tahunnya  di lakukan. "Dakwah ini sudah puluhan tahun kita laksanakan, di samping mengenalkan Ponpes ini kepada masyarakat,  juga mengasah bakat para santri sesuai dengan kemampuannya," katanya.

Mereka (santri) dilatih untuk siap tampil di depan umum. Mulai dari membawakan pidato, puisi, baca Alquran dan kegiatan lainnya. Mereka juga dilatih dan ditempa untuk menjadi dai dan daiyah sejati dan siap tampil kapan dan di mana saja diperlukan.

Di katakan Esmin, dakwah ini dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan desa tujuan. Setelah berkoordinasi dengan perangkat desa tersebut dan masyarakatnya berkenan menerima, maka kegiatan dakwah pun dilaksanakan. Di sini Santri Subulussalam akan di uji kemampuannya dalam menggelar suatu acara peringatan hari hari besar Islam. "Makanya, mereka dituntut banyak belajar, dan merupakan aplikasi ilmu yang mereka tuntut dan terima selama ini di mondok dan belajar di Pesantren Subulussalam," katanya.

Tahun ini, pihaknya sengaja memilih desa-desa tertinggal di daerah Mandailing Julu. Tujuannya, agar santri bisa mengenal lebih dekat bagiamana kehidupan masyarakatnya. Tidak jarang, pihak harus berjalan sejauh 10 km masuk ke pedalaman dengan melewati hutan dengan jalan setapak untuk mendapatkan desa tersebut.

"Alhamdulillah, seberat apapun rintangan dalam perjalanan, santri kita tetap bersemangat,” ujar Esmin Pulungan.

Sebelum berangkat, diakui Esmin, pihaknya mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari pakaian sampai kepada makanan, sebab kalau sudah berangkat biasanya acaranya bisa satu harian. Alhamdulillah, terkadang warga berbaik hati, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan bejalan kaki sejauh 10 km, tdengan menyiapkan makanan untuk para santri dan para guru.

"Tapi kalau tidak ada, kita sudah persiapkan makanan dari sekolah dengan membawa bungkusan masing-masing.  Paling sulitnya kalau acaranya dilaksanakan malam hari, apalagi jarak desanya cukup jauh. Santri kita terpaksa berjalan puluhan kilometer dengan melewati hutan dan menggunakan obor sebagai penunjuk jalan," ujarnya.

Dalam dua bulan terkahir ini, Ponpes Subulussalam Sayurmaincat sudah melakukan enam kali dakwah. Sebagian besar lokasi dakwa mereka adalah desa-desa tertinggal. Misalnya, desa Simpang Pining Kecamatan UluPungkut, Pakantan Lombang Kecamatan Pakantan, Desa Aek Marian/Muara Potan Simandolam, Desa Batahan Kecamatan Kotanopan, Desa Sibinail Kecamatan Muara Sipongi, Desa Hutapuli/Hutarumbi Kotanopan, untuk mencapai desa tersebut harus berjalan kaki sepanjang 7 sampai 10 km.

Rencana ke depan, kegiatan dakwah ini akan terus digalakkan. Sebab sisi positifnya sangat banyak. "Kita akan melatih santri agar lebih hidup mandiri dan sekaligus kita latih mentalnya agar bisa berpidato dan membawakan acara lainnya di depan umum. Kita berharap mereka adalah pejuang-pejuang sejati yang akan terus mengumandangkan syiar Islam di  desa-desa terpencil yang tanpa mengharapkan balasan apa-apa kecuali ridha Allah,” tuturnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement