Jumat 15 Dec 2017 08:33 WIB

Masih Ada Diskriminasi Terhadap Hijab di Inggris

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Muslimah Inggris
Foto: ustvh.com
Muslimah Inggris

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Diskriminasi terhadap hijab masih mewarnai kehidupan di Inggris. Seorang ayah di London, Inggris, melayangkan kasus diskriminasi terhadap perusahaan liburan di Inggris bernama Butlins.

Pada Juni lalu, Moammer Nasser (41), mengunjungi Butlins di Minehead beserta istri dan keempat anaknya. Saat itu, putrinya yang berusia 16 tahun didekati oleh petugas keamanan saat keluarga tengah mengantri untuk naik wahana mobil bumber. Sang putri rupanya diduga ditolak untuk memasuki wahana tersebut lantaran memakai jilbab.

Nasser lantas meminta untuk melihat bukti kebijakan yang melarang jilbab di Butlins. Saat itu, petugas menyebutkan alasan pelarangan terkait dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

"Saya ditunjukkan kode keamanan yang menyatakan bahwa beberapa tamu penyandang cacat atau orang-orang yang memiliki luka fisik mungkin tidak dapat menggunakan wahana dengan selamat. Tapi mengenakan jilbab bukan cacat atau cedera fisik," kata Nasser kepada The Guardian, seperti dilansir Jumat (15/12).

Nasser mengatakan, selama mereka menginap di resor, ada wanita lain yang mengenakan syal di lehernya dan diizinkan naik wahana tersebut. Menurutnya, banyak orang yang memakai kerudung dan kain yang terikat di leher. Namun mereka masih diperbolehkan masuk dalam wahana. Karena itulah, ia merasa telah dipermalukan oleh pihak perusahaan.

"Kami dipermalukan di depan pengguna fairground lain. Orang-orang melihat kami seolah-olah kami adalah penjahat, dihentikan dan diinterogasi oleh petugas keamanan, diikuti oleh seorang supervisor dan manajer fairground keluar untuk berbicara kepada kami, sementara orang-orang menatap dan memandang pada keluarga saya, mungkin dengan asumsi kita telah melakukan kesalahan," lanjutnya.

Akibat tindakan tersebut, Nasser membawa klaim atas tindakan diskriminasi ras dan agama terhadap Butlins. Butlins merupakan jaringan liburan besar dengan bentuk kamp-kamp di Inggris.

Nasser lantas meluncurkan kampanye keadilan untuk mendanai tindakan hukum tersebut. Ia mengklaim, bahwa jilbab putrinya sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah kesehatan dan keselamatan. Menurutnya, jilbab menutupi wajah dan lehernya. Saat itu, memang tengah hujan. Sehingga, putrinya memakai jaket dan jilbab yang menutupi lehernya terselip di jaketnya.

Di sisi lain, juru bicara Butlins membantah itu sebagai bentuk diskriminasi. Mereka mengatakan, staf Butlins memang dilatih untuk tidak berkompromi jika itu berkaian dengan masalah kesehatan dan keselamatan para tamu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement