Kamis 07 Dec 2017 04:31 WIB

Ini Hal yang tidak Boleh Dilakukan Ketika Menghadap Kiblat

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Arah Kiblat - ilustrasi
Arah Kiblat - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Di antara warisan kearifan dalam Islam yang hanif ini adalah anjuran untuk berbudi pekerti luhur, bahkan secara spesifik, Rasulullah SAW menyatakan bahwa tujuan risalahnya adalah untuk mengajarkan akhlak yang mulia. Termasuk dalam menghadap kiblat ada beberapa yang perlu diperhatikan.

Tidak meludah

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa saat itu, masyarakat jahiliah Arab berperagai buruk dan bertingkah laku tidak sopan. Adalah pemandangan biasa jika seseorang meludah di depan orang lain karena mereka sangat terbiasa melakukan itu.

Sementara itu Rasulullah SAW adalah teladan tertinggi bagi akhlak luhur. Akhlak Beliau seperti dikatakan Aisyah ra adalah akhlak Alquran. Beliau sangat tawaduk (rendah hati), bersikap ramah, dan lemah lembut dalam setiap persoalan. Beliau juga pernah bersabda bahwa sesungguhnya sikap lembut (rifq) menjadikan seseorang memiliki pertimbangan yang cermat sehingga dapat menjadi pembimbing dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada.

Abdullah bin Umar ra mengisahkan peristiwa yang menunjukkan kerendahan dan kelembutan hati Rasulullah SAW. Suatu hari, Rasulullah SAW memasuki masjid, saat itu Beliau adalah orang terkuat dan teragung di Semenanjung Arabia. Sementara pada saat yang sama, berbangga diri dan menganggap diri mulia adalah sifat yang dominan dalam komunitas Arab.

Lalu Nabi SAW menghadap kiblat, apa yang dilhat Nabi SAW? Ludah yang mengering tampak menempel di dinding. Namun, Rasulullah SAW tidak langsung marah melihat bekas ludah tersebut. Dengan tenang, Beliau mencari batu untuk mengorek ludah itu, sehingga dinding masjid kembali seperti semula.

Beliau hanya memandang umat yang hadir untuk shalat berjamaah. Meskipun kekecewaan tampak jelas di wajahnya, sambil menghela nafas, Nabi SAW bersabda, ”Wahai manusia, seseorang yang sedang shalat hendaknya tidak meludah ke arah depan. Karena, dalam salat, Allah SWT berada di hadapannya. Allah SWT berada di antara dirinya dan kiblat.” (H.R. Bukhari-Muslim, Nasa’i, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).

Dalam riwayat Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW menambahkan, “Meludah di dalam masjid adalah kesalahan, kafaratnya adalah menguburnya.” (HR. Nasa’i dan Ahmad bin Hanbal).

Tidak membuang air kecil atau besar

Adab lainnya dalam menghadap kiblat yakni dalam sabda Rasulullah SAW, “Janganlah menghadap kiblat ketika membuang air kecil atau besar.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad bin Hanbal)

Biasanya orang Arab membuang hajat di tempat yang sepi dan lapang (al-khala), karena saat itu belum dikenal kamar mandi atau toilet. Kerenanya, orang hanya mencari tempat untuk melepaskan hajatnya dengan menghadap ke barat atau timur.

Ketika berpergian ke negeri Syam, Abu Ayyub al-Anshari ra menyaksikan banyak toilet yang menghadap ke Kiblat. Abu Ayyub tidak dapat berbuat apa-apa. Bukhari mencatat cerita Abu Ayyub, “Rasulullah SAW mengajarkan jika kalian membuang hajat, janganlah menghadap atau membelakangi kiblat. Menghadaplah ke arah timur atau barat. Ketika pergi ke Syam, kami menyaksikan banyak WC dibangun mengarah ke kiblat. Kami berpaling dan setelah itu membaca istighfar.”

Ungkapan yang lembut dan bijaksana dari Rasulullah ini sudah cukup mengajarkan kepada para sahabat tentang etika menghadap kiblat. Sungguh mengagumkan melihat keimanan dan ketaatan umat Islam terhadap setiap ajaran dan anjuran Nabi Muhammad SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement