Kamis 07 Dec 2017 04:00 WIB

Ini Nasib Shalatnya Orang-Orang Sebelum Kiblat Dipindahkan

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Kabah
Foto: ROL/Sadly Rachman
Kabah

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika arah Kiblat dialihkan, sebagian orang mukmin mempertanyakan nasib salat yang mereka lakukan selama menghadap Baitulmukdis. Pertanyaan ini juga ikut dipicu oleh kenyataan meninggalnya sejumlah orang mukmin sebelum kiblat beralih ke Baitulharam. Sampai saat ini, orang yang telah meninggal dunia adalah As’ad bin Zurarah dan Barra’ bin Ma’rur yang terhitung sebagai pembesar kaumnya.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman: “Dan kami menciptakan Kiblat yang sekarang menjadi Kiblatmu hanya agar Kami mengetahui Rasul dan siapa yang membangkang. Dan sungguh pemindahan Kiblat ini terasa sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Q.S. al-Baqarah [2]:143)

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa sebagian orang saat itu bertanya, ”Lantas bagaimana nasib saudara-saudara kami yang meninggal sebelum ini terjadi?” Tidak heran dalam ayat di atas tertera pernyataan bahw ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian’. Ini artinya, pahala terletak dalam kebenaran iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sehingga mustahil Allah SWT mengabaikan amal seorang mukmin yang saleh. Hal ini diperkuat dengan penggunaan kata ra’uf, sebelum kata rahim yang secara bahasa dinyatakan bahwa ra’uf lebih kuat dan lebih berkualitas dari rahim.

Maksud ungkapan “…agar Kami mengetahui” dalam ayat ini adalah agar Rasullah SAW dan umat Islam mengetahui. Artinya, hal yang diketahui Allah SWT menjadi nyata sehingga diketahui juga oleh Nabi Muhammad SAW. Sebab, Dia mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya sesuatu itu. Sebagian mufasir menegaskan bahwa  firman Allah SWT ini sama dengan sabda seorang raja yang mengumumkan, “Kami menaklukkan negeri ini.” Di sini, yang menaklukkan negeri itu sebenarnya panglimanya.

Peralihan kiblat umat Islam dari Baitulmakdis ke Baitulharam ini dijadikan kesempatan oleh kaum Yahudi untuk menuduh bahwa Nabi SAW adalah seorang yang tidak konsisten dan plin-plan dalam masalah kiblat ini. Upaya pembentukan opini publik ini cukup sukses, terutama terhadap orang bodoh yang memiliki iman tipis dan mengambang atau orang munafik yang berpura-pura memeluk Islam.

Sedangkan orang beriman senantiasa membenarkan Rasulullah SAW dan mengimani ayat yang dibawa Jibril bahwa Allah SWT mengabulkan permohonan Nabi SAW. Dia juga memerintahkannya menjadikan Baitulharam sebagai Kiblatnya.

Keutamaan kiblat

Kiblat juga memiliki nilai agung dan mulia. Salah satu yang menampakkan pentingnya Kiblat bagi seorang Muslim adalah apa yang diceritakan Anas bin Malik ra yang menyebutan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melakukan salat seperti kita, mengahdap Kiblat kita, dan memakan sembelihan kita, adalah muslim yang memiliki jaminan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Maka, jangan ganggu orang yang dijamin Allah SWT.”(H.R. Nasa’i)

Dari Ensiklopedia Alquran disebutkan Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka mengucapkan kalimat la ilaha illa al-lah. Jika mereka mengucapkannya, melakukan salat seperti salat kami, mengahadap Kiblat kami, menyembelih dengan cara kami, maka darah dan harta kekayaan mereka haram bagi kami selain dengan jalan yang benar. Hanya Allah SWT yang menjamin mereka.”(H.R. Bukhari Muslim, Abu Daud, Tirmidzi,Nasa’I, Ibnu Majah, Darimi, dan Ahmad bin Hanbal).

Sebagaimana diketahui, ketika merasa bahwa ajalnya telah menjelang dan mengetahui kapan akan mengahadap Allah SWT dan bertemu ayahanda tercinta, Sayyidah Fathimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW meminta rekannya, Asma ‘ binti Umais (istri Abu Bakar ash-Shiddiq) untuk mengubah posisi ranjangnya. Fathimah ingin menghadap Baitulharam dalam sikap berbaringnya yang terakhir. Ia akan menyerahkan jiwanya ke hadirat Allah SWT dalam posisi mengahdap Kiblat. Perbuatan sama juga dilakukan Abu Dzar al-Ghifari dan banyak orang-orang saleh lainnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement