Senin 04 Dec 2017 14:30 WIB

Kecerdasan Ummul Mukminin

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Muslimah
Foto: .
Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ummul Mukminin, sebutan yang biasa disematkan kepada istri-istri Rasulullah SAW memiliki peranan sangat besar dalam menyampaikan hadis nabi. Mereka merupakan orang terdekat Nabi, sehingga mengetahui apa yang diucapkan ataupun di perbuat oleh Nabi.

Oleh karena itu, mereka juga memiliki andil besar dalam penyebaran hadis dan pengajaran agama kepada ge nerasi sahabat dan tabiin. Khususnya kepada kaum perempuan. Ummul Mukminin selalu menjadi rujukan para sahabat pasca wafatnya nabi.

Shafiyah binti Huyay, salah satu Ummul Mukminin yang banyak dijadikan rujukan para sahabat. Shafiyah merupakan putri dari pemimpin suku Yahudi Khaibar yakni, Huyay bin Akh thab. Huyay sendiri bermusuhan dengan Rasulullah. Huyay kemudian terbunuh saat pasukan Muslim berhasil mengalahkan ben teng pertahanan terakhir Yahudi di Khaibar. Sedangkan Shafiyah ditangkap dan menjadi tananan perang. Shafiyah menjadi salah harta rampasan perang.

Sebagai rampasan perang, awalnya Shafiyah diberikan kepada seorang sahabat, Dahiyyah bin Khalifah. Namun, kemudian ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah dan berkata, "Ya Rasulullah, engkau memberikan bagian kepada Dahiyyah, Shafiyah binti Huyay, putri pemimpin Bani Quraizhah dan Bani Nadhir, padahal Shafiyah hanya layak untuk engkau."

Rasulullah lalu mengatakan, "Panggil Dahiyyah bersama Shafiyah." Dahiyyah dan Shafiyah datang. Setelah Rasulullah melihat Shafiyah, beliau berkata ke pa da Dahiyyah, "Ambillah budak yang lain dari tahanan yang ada." Rasulullah lalu memberikan pilihan kepada Shaifiyah apakah ingin dimerdekakan kemudian di kembalikan ke kaumnya yang masih hidup di Khaibar atau ingin masuk Islam lalu dinikahi Rasulullah. Shafiyah memilih masuk Islam dan menikah dengan Rasulullah dengan maskawin ke merdekaannya.

Shafiyah lalu berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, saya memeluk Islam dan saya sudah percaya kepadamu sebelum eng kau mengajak saya. Saya sudah sampai pada perjalananmu. Saya tidak punya keperluan kepada orang-orang Yahudi. Saya sudah tidak mempunyai bapak, dan tidak mempunyai saudara yang merdeka. Lalu untuk apa saya kem bali kepada kaumku?"

Dalam sumber lain disebut kan bahwa sebelum menikah de ngan Rasulullah, Shafiyah telah menikah dengan Salam bin Abu Haqiq dan Kinanah bin Haqiq. Mereka terbunuh dalam perang Khaibar. Hal ini yang menyebab kan Shafiyah pernah menjadi tawanan dan budak Dahyah al- Kalabi.

Shafiyah dikenal dengan pe rem puan yang pandai, cerdas, dan agamis. Rasulullah SAW juga tak segan untuk menghormati dan ber simpati kepadanya. Itu tam pak ketika Rasulullah membelanya saat istri-istrinya yang lain menjelek-jelekkan Shafiyah ka rena keturunan Yahudi.

Ia juga perempuan yang suka berderma, bahkan pernah me mer dekakan budak perempu an yang pernah menghinanya di de pan para sahabat. Shafiyah ba nyak menjadi rujukan dari para sahabat dalam meriwayatkan hadis.

Di antara yang meriwayatkan dari Shaifyah adalah Ali bin al- Husein, Ishaq bin Abdullah bin al-Harits, Kinanah. Sedangkan terdapat sepuluh hadis yang diriwayatkannya, enam di antaranya terdapat dalam Kutub as-Sittah. Dan tema periwayatannya sepu tar iktikaf, takaran sha' Ra su lullah SAW, pernikahan Rasu lullah dengan Maimunah, dan kisa pasukan yang dibantai (yang juga diriwayatkan oleh Salamah dan Hafsah).

Shafiyah sangat mencintai Rasulullah SAW. Bukti cintanya seperti tertuang dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Saad dalam Thabaqta tentang istri-istri Rasulullah yang berkumpul menjelang wafatnya.

Saat itu, Shafiyah berkata, "Demi Allah, ya Nabi, aku ingin apa yang engkau deriya juga men jadi deritaku." Setelah Ra sulullah wafat, Shafiyah harus berjuang dari keterasingan yang dirasakannya di tengah kaum Muslimin karena berasal dari Yahudi.

Kendati banyak ujian yang dialami, Shafiyah tetap berkomitmen kuat terhadap Islam serta mendukung perjuangan Ra su lullah. Komitmennya terhadap Islam juga tampak ketika terjadi fitnah besar atas kematian sa habar Utsman bin Affan. Saat itu, Shafiyah berada di barisan Uts man.

Shafiyah wafat pada masa kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ketika wafat, Khalifah Marwan bin Hakam turut menshalatinya. Jenazah Shafiyah kemudian dikuburkan di Baqi'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement