Sabtu 02 Dec 2017 07:54 WIB

Menag Dorong Pesantren Jadi Garda Terdepan Bentuk Karakter

Rep: Muhyiddin/ Red: Budi Raharjo
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri lomba membaca kitab atau Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Nasional tahun 2017 di Jepara, Jawa Tengah, Jumat (1/12).
Foto: muhyiddin
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri lomba membaca kitab atau Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Nasional tahun 2017 di Jepara, Jawa Tengah, Jumat (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JEPARA --Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mendorong agar seluruh Pondok Pesantren di Indonesia menjadi garda terdepan dalam pembutukan karakater generasi muda untuk kemajuan Indonesia di masa mendatang. Hal ini disampaikan Lukman di hadapan ribuan santri dan pimpinan pondok pesantren yang hadir dalam pembukaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-VI tingkat Nasional tahun 2017.

Lukman mengatakan, pada tanggal 6 Fesember 2017 lalu Presiden Joko Widodo telah menandatangani peraturan presiden nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter dihadapan seluruh pimpinan organisasi masyarakat Islam. Menurut dia, penguatan pendidikan karakrer itu merupakan kebutuhan bagi semua elemen bangsa. Tanpa karakter yangvmumpuni, kata dia, sangat sulit negeri ini akan maju.

"Oleh karenanya, saya mendorong kalangan pondok pesantren sebagai garda terdepan dalam upaya menciptakan pebdidikan karakter itu, saya sangat mengapresiasi pola pendidikan yang dilakukan oleh pondok pesantren," ujar Lukman saat membuka MQK ke-VI di Lapangan Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang, Jepara, Jawa Tengah Jumat (1/12).

Salah satu cara yang dilakukan pesantren untuk membentuk karakrer tersebut yaitu dengan membekali para santrinya untuk mumpuni dalam mengkaji kitab turats atau kitab kuning klasik yabg dikarang oleh ulama-ulama terdahulu, sehingga mampu memahami ajaran Islam yang rahmatal lil alamin.

"Kitab kuning sebagai basis kajiannya, semangat untuk memperbaiki sebagai harapannya, etika dan akhlak terpuji sebagai kebiasaan hariannya, mencintai ilmu sebagai kesukaannya. Toleransi dan menghargai antar seaama sebgai sikapnya, dan membela eksistensi bangsa dan NKRI sebagai taruhannya," ucap Alumni Pondok Pesantren Gontor ini.

Semua itu, menurut dia, harus didasarkan atas pemahaman keislaman yang sangat luas. Karena itu, menurut Lukman, sesungguhnya pesantren bukan milik satu pimpinan pesantren saja tapi milik Indonesia, sehingga semuanya patut untuk merasa memiliki pondok pesantren tersebut.

"Indonesia sangat beruntung memiliki pondok pesantren. Karena dengan jiwa keikhlasannya, pondok pesantren sejak dulu kala hingga kini mampu berdiri di atas kemandiriannya, kemendirian pondok pesantren," kata Lukman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement