Selasa 28 Nov 2017 20:00 WIB

Studi Islam Jadi Perhatian Akademisi Kanada

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Kanada
Foto: www.patdollard.com
Muslim Kanada

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kajian Islam orientalis memengaruhi perkembangan keagamaan masyakat Barat. Negara-negara di sana yang mayoritas non-Muslim menerima Islam sebagai agama alternatif masyarakatnya. Umat Islam berkembang dari masa ke masa. Mereka membangun tradisi dan budaya, sehingga Islam menjadi penggerak sosial masyarakat.

Interaksi umat Islam dengan pemeluk agama lain juga menjadi objek kajian tersendiri. Kajian semacam itu menarik perhatian akademisi berbagai perguruan tinggi, tak terkecuali Universitas Mcgill Kanada. Ber dasarkan catatan Sheila McDonough, mantan mahasiswa di sana dan pensiunan profesor agama di Universitas Concordia, studi Islam di Kanada pertama kali dikembangkan di McGill. Institut Studi Islam ini didirikan oleh Wilfred Cantwell Smith pada 1952.

Ahli agama dikenal memiliki pandangan yang sama dengan John Hick yang getol menyuarakan teologi global dengan menganggap agama sebagai kumpulan tradisi manusia, bukan Tuhan. Proses desakralisasi agama yang mereka kem bang kan kerap mendapat penolakan dari masyarakat yang tidak menyetujui sekularisme dan plu ralisme agama.

Pustakawan Universitas Mcgill Salwa Ferahian dalam mcgill.ca menulis, setelah mendapatkan gelar BA bidang Bahasa Oriental di Universitas Toronto tahun 1939, Smith bekerja selama tujuh tahun sebagai pendakwah di India. Dia mengajarkan sejarah India dan Islam.

Selama itu, dia berada di Lahore dan menerbitkan buku pertamanya, Modern Is lam in India: A Social Analysis. Namun, bu ku tersebut dilarang di india karena meng gunakan pendekatan komunis. Selama di sana, Smith menyaksikan perang saudara antara India dan Pakistan. Masyarakat dari dua negara itu berbaku hantam dan me numpahkan darah.

Di sinilah, kesadaran Smith muncul yang sebelumnya mere mehkan pandangannya tentang pengajaran dan praktik agama. Dia semakin giat meneliti per kembangan agama yang me nurutnya merupakan penafsiran ma nusia atas Tuhan. Setelah menyelesaikan prog ram doktoral di Universitas Prin ceton 1948, Smith bekerja di Fakultas teologi Mcgill sebagai gu ru besar perbandingan agama. Ke tertarikan WC Smith pada Islam diman faatkan untuk mengem bang kan institut studi Islam Mcgill.

Profesor Smith menaruh per hatian besar pada agama karena dia yakin sejarah Muslim tidak dapat dipahami tanpa mendalami agama Islam. Pengakuan Islam me rupakan kunci dan kekuatan tunggal yang penting dalam pem bentukan dan perkembangan per adaban Islam.

Smith juga percaya studi jang ka panjang tentang perkem bangan dunia Muslim modern tidak dapat dicapai oleh non-Muslim tanpa ke ha diran umat Islam. Smith me mulai kuliah per bandingan agama dengan diskusi sambil menik ma ti secangkir teh setiap pukul empat sore bersa ma intelektual asal timur tengah dan barat setiap hari.

Dia menggunakan metode il miah kontem porer dalam diskusi membahas hiruk pikuk dunia Muslim. Selain studi Islam, Smith juga mengembang kan perpusta kaan Islam. Mulanya dia menyum bangkan 250 judul buku, ke mu dian dia berkembang menjadi 110 ribu buku yang didapatnya dari berbagai sumber.

Robert Wisnovsky mantan direktur Institut Studi Islam Mcgill tahun 2005-2008 mengatakan, Smith meninggalkan Mcgill tahun 1964 dan mengambil alih pusat studi agama dunia di Harvard. Sedikit sekali Universitas yang mengajarkan studi Islam. Di Eropa, pelajaran mengenai Islam hanya tambahan untuk pelajaran klasik atau alkitab. Islam dibiaskan setelah zaman Ratu Victoria melalui lensa orientalisme yang terkadang menyimpang dari sumber aslinya.

"Di Amerika Utara, studi Islam dilihat melalui sebuah paradigma studi lokal selama perang dingin. Berbagai proyek kekaisaran, baik di Prancis maupun Inggris di abad ke 19, atau Amerika dalam perang dingin selalu disisipkan dalam pelajaran mengenai Islam," kata dia dalam mcgillnews.mcgill.ca. Setelah studi Islam berkembang melalui kursus perbandingan agama di Mcgill, universi tas lain di Kanada pun mengembangkan jurusan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement