Kamis 23 Nov 2017 20:30 WIB

Imdadun: Munas NU Tiup Terompet Lawan Radikalisme

Imdadun (kanan, batik).
Imdadun (kanan, batik).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Musyawarah Besar NU dari waktu ke waktu selalu memberi kontribusi penting bagi bangsa Indonesia.  

Tema "Memperkokoh Nilai Kebangsaan melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga" menambah bobot signifikansi perhelatan ini.  

Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute, Imdadun Rahmat mengatakan kecenderungan menguatnya radikalisme dan intoleransi sudah sampai tahap kedaruratan. "Berbagai peristiwa politik menunjukkan dengan terang benderang sektarianisme yang akut," kata Imdadun dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id, Kamis (23/11).

Menurutnya, berbagai kekerasan atas nama agama,  penyebaran prasangka, kebencian, stereotype terhadap kelompok lain terlebih kelompok minoritas terus mengemuka. 

Berbagai survey menguatkan bahwa itu semua terjadi karena ideologi dan paham radikalisme telah menjangkiti pikiran sejumlah besar masyarakat.  Sejalan dengan itu, kata Imdadun, rasa nasionalisme dan nilai-nilai kebangsaan terus menipis  

"Ini menyalakan sinyal bahaya.  Harusnya hal ini segera melahirkan sense of crisis," ujarnya.

Maka, lanjut dia, sudah tepat NU menyuarakan kedaruratan ini kepada publik agar mereka sadar bahwa masalah ini tidak boleh disikapi secara bisnis as usual apa lagi diabaikan. "Seruan dari munas dan konbes mesti disambut dengan gerakan nasional penguatan nilai-nilai nasionalisme dan kontra radikalisme serta deradikalisasi," kata Imdadun.

Menurut Imdadun, pemerintah dan civil society harus bergandeng tangan membendung dan mengisolasi virus radikalisme yang terus disebarkan oleh berbagai kelompok garis kekerasan.  "Mereka yang telah terpapar virus itu mesti segera diberi faksin ajaran moderat, wasatiyah, rahmatan lil alamin," katanya.

Di samping itu,  lanjut Imdadun, isu ketidakadilan khususnya kesenjangan akses dan distribusi ekonomi selalu menjadi habitus kultur perlawanan dan budaya kekerasan.  

Menurutnya, tak cukup kontra atau deradikalisasi tanpa mempersempit ladang semai tumbuhnya.  Maka penguatan ekonomi rakyat juga harus menjadi agenda nasional. 

"Kofi Annan mengatakan "no development without peace, but no peace without development, and no sustainable development without respect human rights'," kata Imdadun.

Munas dan konbes sedang meniup terompet perang melawan kekerasan, radikalisme, intoleransi dan delegitimasi terhadap Pancasila.  "Semoga seluruh rakyat  menyambut seruan dua pemimpin NU KH  Makruf Amin dan KH Said Aqil Soroj dengan melakukan gerakan nasional nation building, menjadi Indonesia.  Aamiin," ujarnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement