Rabu 22 Nov 2017 18:00 WIB

Rasulullah Dihina Jadi Motivasi Ahmad Deedat Berdakwah

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Ahmed Deedat
Foto: ahmeddeedat.org
Ahmed Deedat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Ahmed Husain Deedat bukan figur asing di kalangan umat Islam dan dunia internasional. Tokoh kelahiran Tadkeshwar, India, pada 1918 ini dikenal sebagai kristolog dan 'misionaris' ulung yang pernah dimiliki umat Islam sepanjang sejarah abad modern.

Dia tidak hanya unggul dengan kemampuan retorika, tetapi juga istimewa di bidang tulis menulis. Berkat kontribusinya ini, Deedat pernah dianugerahi King Faisal International Prize pada 1986.

Tak banyak yang bisa diketahui dari masa kecil Deedat. Sejumlah informasi hanya menuturkan, ayahnya berimigrasi ke Afrika Selatan, tidak lama setelah kelahirannya.

Pada usia sembilan tahun Deedat meninggalkan India menyusul ayahnya ke Kwazulu-Natal, Afrika Selatan. Ibunya meninggal beberapa bulan setelah kepergiannya.

Tiba di Afrika Selatan, Deedat mulai tekun belajar. Dengan cepat, ia mampu mengatasi perbedaan bahasa dan menjadi siswa berprestasi di sekolah. Namun, karena keadaan keuangan, ia harus berhenti sekolah dan mulai bekerja pada saat usia 16 tahun.

Awal perkenalannya dengan kristologi justru berawal di sini. Pada 1936, saat bekerja sebagai sales furnitur, Deedat bertemu dengan sekelompok misionaris di sebuah seminar Kristen di Pantai Selatan Natal.

Dalam seminar misionaris ini, panitia menyampaikan tuduhan negatif tentang Nabi Muhammad SAW. Tuduhan tersebut membuat Deedat tersinggung.  Dari sinilah minatnya terhadap perbandingan agama muncul.

Deedat memulai perdebatan keagamaan setelah dia membaca buku /Izhar ul-Haqq (Kebenaran Terungkap) yang ditulis oleh Syekh Kairanawi.

Buku yang berisi upaya misionaris Kristen di India itu memiliki efek mendalam bagi Deedat. Dia mulai membeli Alkitab dan berdiskusi dengan para misionaris.

Deedat menghadiri kelas studi Islam seorang mualaf lokal bernama Mr Fairfax. Berkat kecerdasan Deedat, Fairfax menawarkannya mengajar pada sesi tambahan tentang Alkitab dan bagaimana berdialog dengan Kristen. Deedat mengajar selama tiga tahun tanpa melalui proses pembelajaran yang akademis.

Pada 1942 merupakan awal pekerjaan Deedat sebagai misionaris. Kuliah pertama Deedat, berjudul "Muhammad: Messenger of Peace", disampaikan pada 1942 kepada audiensi yang berjumlah 15 orang di sebuah bioskop Durban, Avalon Cinema.

Deedat juga menjadi pemandu wisata dari Masjid Jumma di Durban. Masjid Jumma dibuka untuk turis. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan, panitia menyediakan makan siang dan dapat berdiskusi tentang Islam.

Deedat yang menjadi salah satu pemandu memperkenalkan Islam kepada wisatawan. Khususnya, terkait hubungan Islam dan Kristen.

Pada awal 1980-an karya Ahmed Deedat mulai dikenal di luar Afrika Selatan. Dia semakin dikenal di dunia internasional pada 1986, yakni saat menerima penghargaan dari Raja Faisal atas jasanya di bidang dakwah Islam. Penghargaan ini membuat Deedat langsung melakukan tur sebagai pembicara di beberapa negara. Saat itu, usianya 66 tahun.

Deedat mengunjungi Arab Saudi dan Mesir, Inggris Raya (1985 dan 1988), serta Swiss (pada 1987). Dia juga mendatangi Pakistan dan bertemu Zia al-Haq.   

Kunjungan ke AS dilakukan pada akhir 1986. Di AS, Deedat berdebat publik Swaggart, Robert Douglas, dan menyampaikan perkuliahan, termasuk di Arizona.

Pada 1994 Deedat kembali mendatangi AS dan Kanada. Dia mengisi kuliah di Chicago. Sedangkan, Swedia dan Denmark didatangi pada akhir 1991 dan menghadiri tiga debat publik. Australia adalah negara terakhir yang dikunjunginya pada awal 1996, sebelum akhirnya Deddat sakit strok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement